MADIUN, beritalima.com- Sosialisasi tentang Program Desa Sensor Mandiri, telah berjalan di Kota Madiun, Jawa Timur. Hal itu seperti yang terlihat di aula Kecamatan Manguharjo, Minggu 7 November 2021, malam.
Kegiatan ini sebagai tindak lanjut terpilihnya Kota Madiun sebagai pilot project program pemerintah pusat melalui Lembaga Sensor Film (LSF) RI terkait tentang Perfilman.
Program Desa Sensor Mandiri sendiri bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat agar secara mandiri dapat memilah dan memilih tontonan sesuai dengan penggolongan usia. Maka dari itu, LSF mengedepankan program Budaya Sensor Mandiri (BSM).
Melalui program desa sensor mandiri, LSF mengajak seluruh komponen bangsa untuk menyebarkan informasi sekaligus memberikan literasi kepada masyarakat agar mampu memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. Targetnya, program ini dapat menjadi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri dan salah satu persiapannya dengan membentuk Desa Sensor Mandiri.
Walikota Madiun, H. Maidi, menyambut baik program tersebut. Apalagi pada era digital saat ini, masyarakat memiliki banyak alternatif untuk mengakses konten film. Namun, kenyataannya belum semua film yang berbasis internet ditayangkan melalui proses penyensoran.
“Literasi kepada masyarakat terkait film apa yang boleh dan tidak boleh ditonton ini perlu. Harapanya, bisa menjadi filter. Bisa memilah film yang paling tepat. Paling tidak dalam lingkup keluarga,’’ jelas H. Maidi.
Ia berharap, dapat tercipta budaya sensor mandiri yang diharapkan mampu menekan dampak negatif film bagi masyarakat. Terutama terkait konten-konten yang mengarah pada radikalisme, pornografi, dan lain sebagainya. Setidaknya, konten-konten yang ada di media ditonton sudah sesuai dengan usia pengaksesnya.
‘’Kalau kemudian ada konten yang bernuansa pornografi, orang tua bisa langsung menggantinya dengan film lain saat ada anak-anak di sana. Kita tentu bangga karena termasuk dalam tahap awal program ini,’’ pungkasnya. (Sumber Diskominfo/editor Dibyo).
H. Maidi (tengah) atas.