SURABAYA, Beritalima.com |
Membumbungnya harga gula pasir konsumsi di pasaran di masa pandemi Covid 19 ini, memiliki alasan karena keterlambatan impor dan lamanya proses dari rafinasi ke bentuk kristal putih sebagai gula konsumsi. Hal tersebut dijelaskan oleh anggota komisi B DPRD Provinsi Jatim Subianto Kamis (7/5/2020).
Politisi asal Demokrat ini mengungkapkan lebih jauh tentang proses pengubahan proses gula yang memakan waktu relatif lama, sehingga pasar tidak bisa menekan harga karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan persediaan pasokan gula.
“Meskipun sudah dilakukan impor, namun proses untuk dirubah menjadi gula konsumsi otomatis membutuhkan waktu, karena gula impor tidak sekaligus bisa dikonsumsi. Jadi antara kebutuhan dengan pengiriman mungkin masih ada kesenjangan, sehingga ada orang-orang yang tetap memanfaatkan kondisi itu dengan mempermainkan harga gula di pasaran,” terang Subianto.
“Kebutuhan gula tiap bulan di Jawa Timur itu 35.000 ton. Sementara mungkin masih dalam proses baru terpenuhi 25.000 ton. Antara persediaan di pasaran dengan kebutuhan masih belum seimbang karena yang menggilingkan hanya 3 pabrik . Jadi kenapa masih tinggi yaitu karena masih dalam proses menjadi gula Kristal Putih dan itu pun membutuhkan waktu. Kan tidak serta merta langsung jadi,” ujar Subianto.
Subianto menolak anggapan jika ada pedagang disinyalir melakukan penumpukan,
“Nggak ada gunanya. Gula impor memang baru datang, jadi sekarang masih dalam proses untuk menjadi gula kristal konsumsi. Untuk pabrik lokal sekitar bulan Juni mulai giling. Makanya impor ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga kita berharap agar pada waktu giling petani tidak dirugikan. Karena jika ketersediaan gula membludak, maka bisa dipastikan harga gula pasir jatuh dan petani mengalami kerugian besar,” sergah Subianto.
Subianto menegaskan, pemprov Jatim sudah mengantisipasi lonjakan harga gula pasir di bulan Ramadhan ini, yang pasti kebutuhan gula sangat banyak.
“Ada Lumbung Pangan Jatim di Jatim Expo. Harga gula cuma Rp 12.500,- per kilo. Omsetnya saat ini sudah lebih dari Rp 2 miliar. Artinya, pemprov Jatim sudah memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan gula dengan harga murah. Dan juga ada telur yang langsung dibeli dari peternak sehingga harga telur hanya Rp 18.500,- per kilo, masih jauh dibawah harga pasar. Inilah manfaat dari inisiatif pemerintah dalam membantu masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah Pandemi Covid 19 yang tengah marak,” pungkasnya. (yul)