JAKARTA, Beritalima/com– Anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ilmu Pengetahuan&Teknologi (Iptek) serta Lingkungan Hidup (LH), Dr H Mulyanto mendorong ide riset Vaksin Nusantara dan minta prosesnya dilakukan akuntabel.
Vaksin Nusantara diprakarsai mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Letnan Jenderal TNI (Purn) Prof Dr Terawan Agus Putranto. Karena itu, Terawan itu harus diperlakukan sama sesuai kaidah penelitian ilmiah yang berlaku.
Terkait klaim keamanan serta kemanjuran vaksin, Indonesia punya standar melaluiuji klinis fase I, II dan III. Mulai dari uji lab kepada hewan, sampai uji massif kepada manusia.
Hasil uji harus terbuka kepada masyarakat ilmiah. “Kalau hasilnya bagus, baru dievaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapat izin, termasuk pemeriksaan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait aspek kehalalan,” tegas dia.
Wakil Ketua Fraksi Partai Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini berharap pengembangan vaksin Nusantara dapat dilanjutkan hingga tuntas sehingga bisa menjadi alternatif upaya penanggulangan wabah pandemi Covid-19.
Program pengembangan vaksin dapat dilakukan siapapun yang memang kompeten dan ditunjang sarana memadai. “Inikan scientific competition yang di-drive permintaan publik. Yang penting, semua berjalan dalam koridor ilmiah yang baku,” kata dia.
Saya rasa, ungkap politisi yang akrab disapa Pak Mul itu, jalan buat vaksinini masih panjang untuk, masih bersifat wacana. Belum jelas lembaga riset mana akan meneliti, termasuk lembaga yang akan melakukan uji klinis serta badan usaha yg mensponsori. Karena itu, hal yang positif didorong saja sesuai standar ilmiah yang ada.
Sebelumnya dikabarkan mantan Menteri Kesehatan Terawan bekerja sama dengan tim peneliti dari Laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro dan Aivita Biomedical Corporation dari AS, mengembangkan vaksin Covid-19 yang diberi nama Vaksin Nusantara.
Vaksin ini dikembangkan berdasarkan sel dendritik. Perbedaan vaksin Nusantara dengan vaksin lainnya terletak pada motor aktivitasnya. Ini dijelaskan Guru Besar dari Universitas Airlangga Chairul Anwar Nidom.
Menurut dia, vaksin konvensional secara umum disuntikkan ke seseorang dengan antigen (virus inaktif atau subunit protein). Kemudian, tubuh dibiarkan melakukan proses pembentukan antibodi. Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik yang disebut Nidom selaku pabrik antibodi. Sel itu yang sudah dirangsang/digertak di luar, lalu disuntikan ke seseorang.
Diharapkan, sel dendritik ini akan memproduksi antibodi yang siap menetralisir virus yang menginfeksi. Kelebihan Vaksin Nusantara ini, lantaran berasal dari sel yang diambil dari tubuh penerima, vaksin dari sel dendritik diklaim kecil kemungkinan menimbulkan infeksi. (akhir)