Menurutnya, kita mendesak pemerintah Aceh untuk jangan melanjutkan program videotron yang diusulkan Dinas Pendidikan Aceh kepada pemerintah Pusat baru baru ini dikarenakan itu dianggap mubazir.
Dia menambahkan, di Aceh bukan itu yang perlu kita pikir, masiha ada anak anak sekolah yang mesih belajar di ruangan yang berdinding kayu, sebenarnya di Aceh hal itu tidak perlu terjadi lagi.
Program ini kalau memang berisi keras dilanjutkan akan mubazir dan tidak berguna bagi Anak bangsa, apalagi ini menyerap anggaran APBA 2016 sebesar Rp 8,5 Miliar, program ini juga akan membebani APBA untuk biaya perawatan mencapai Rp 1 Miliar per tahun, ujar Askhal.
Sementara itu Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA menilai bahwa pengadaan program teknologi videotron tersebut sah-sah saja kalau memang ingin meningkatkan kualitas pendidikan Aceh.
Tetapi kita semua terutama dinas pendidikan Aceh harus teliti dalam mengambil kebijakan dalam merencanakan sebuah Program yang menelankan Biaya yang sangat tinggi apalagi itu dibebankan kepada APBA.
Videotron itu dari segi IT oke tetapi apakah ini sudah dianggap penting penting untuk di lakukan Diprovinsi Aceh atau sudah mendesak , untuk harus ada di Aceh, kalau memang tidak penting itu jangan lakukan nanti tidak ada yang rawat,” kata Farid.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsyiah, Fachra Muharyanda melalui siaran pers yang lansir Jumat sore, 15 Juli 2016. Proyek ini di anggap kepentingan pribadi dinas pendidikan Aceh apalagi proyek ini hanya mencakup beberapa kabupaten saja, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Besar, dan Pidie.
Sedangkan di Aceh terdapat 23 kabupaten Kota, kenapa hanya bebrapa kabupaten saja yang dipokuskan, kalau bukan itu Program Pribadi Kadis Pendidikan Aceh, proyek tersebut nanti menambahkan potensi kecemburuan dari kabupaten lain.
Lanjut Fachra, permasalahan pendidikan di Aceh selama ini masih sangat komplit Ia melihat banyak permasalahan Pendidikan yang belum tuntas dikerjakan Oleh dinas pendidikan Aceh dan kalau ini ditambah lagi berarti permasahan pendidikan di Aceh makain lama makin bermasalah,’’(**)