PSN 3M Plus Lebih Utama Cegah DBD Dibanding Dengan Melakukan Fogging

  • Whatsapp

TULUNGAGUNG, beritalima.com- Dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi merebaknya kasus Demam Berdarah (DB) pada saat ini, pengasapan (fogging) bukan strategi yang utama dalam mencegah Demam Berdarah Dengue ( DBD).

Menurutnya, fogging tidak dilakukan secara rutin, hanya dilakukan saat terjadi kasus di suatu wilayah, sehingga daerah di sekitarnya melakukan fogging untuk memberantas nyamuk dewasa, namun tidak dapat membunuh jentik dan telur nyamuk sebagai vektor penyakit DBD.

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sangat ganas, sehingga dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat karena terjadi perdarahan dan syok.

Hal itu disampaikan oleh, kepala UPT Puskesmas Ngantru, dr. Dedi Hariyanto, saat di wawancara di ruang kerjanya. Selasa, (14/5/2024).

“Pencegahannya itu bukan melalui fogging, tetapi bagaimana kita menjaga kebersihan dan menghilangkan jentik nyamuk. Fogging ini kan memakai insektisida, sehingga kita khawatir ada resistensi. Menghilangkan jentik-jentik nyamuk (larva) itu lebih mudah daripada mengendalikan saat sudah menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di genangan air yang bersih di sekitar lingkungan kita,” ujarnya.

Disamping itu, lanjutnya, untuk menurunkan kasus demam berdarah peran serta masyarakat dalam pemantauan jentik secara berkala (PJB) dan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk ( Gertak PSN) dengan cara 3 M PLUS secara berkelanjutan minimal 1 minggu sekali, baik di rumah masing-masing maupun lingkungan, ditempat-tempat ibadah, pasar sekolah, perkantoran, lahan kosong dan lainnya.

Jika belum menjadi gerakan serentak, besar kemungkinan nyamuk ini masih ada disekitar kita dan berpotensi menimbulkan wabah demam berdarah.

“Untuk pemberantasan jentik nyamuk ini, salah satunya menaburkan bubuk abate (abateisasi), Seperti kita ketahui, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien sampai saat ini tetap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus,” lanjut dr. Dedi menerangkan.

Dijelaskannya, singkatan dari 3M, antara lain, pertama, menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain, minimal seminggu sekali dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari

Kedua, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain, supaya nyamuk tidak menggunakan sebagai tempat berkembang biak.

“Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD,” jelas Kampus Ngantru.

Selain pencegahan dengan melakukan 3M, Kapus Ngantru menegaskan, juga dilakukan dengan “PLUS”. Adapun yang dimaksud dengan PLUS adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti, menaburkan bubuk larvasida (lebih dikenal dengan abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.

“Selanjutnya, menanam tanaman pengusir nyamuk, (sere, bunga lavender, daun mint, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain,” pungkasnya. (Dst).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait