Bireuen,Beritalima – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Wartawan Aceh ( DPW-PWA ) Kabupaten Bireuen,Drs H Suherman Amin Senin (5/9) mengungkapkan bahwa pihaknya sangat menyesalkan adanya oknum yang mengaku wartawan namun dalam melaksanakan tugas kewartawanan melakukan intimidasi dan penyidikan terhadap para pejabat dan umumnya Kepala Sekolah seperti terjadi di Bireuen baru-baru ini.
Drs Suherman menyatakan Wartawan itu bukan penyidik dan bukan pula bertugas untuk memeriksa dana bos di sekolah serta mengintimidasi mereka sekaligus ujung-ujungnya mminta uang.
Dijelaskan, wartawan itu bukan penyidik tetapi pencari berita dan mengirimkan berita ke redaksinya masing-masing dengan menerima informasi sesuai dari hasil konfirmasinya serta meminta keterangan pejabat sehubungan dengan akan dieksposnya berita yang akan disiarkan oleh medianya masing-masing terhadap public.
“ Wartawan bertugas mencari berita lalu melakukan Chek and recheck untuk akuratnya berita bukan menakut-nakuti pejabat apalagi pejabat itu mitra kerja wartawan.” Ungkap Drs Suherman Amin yang akrab dipanggil Pak Hera.
Dilain pihak pejabat juga perlu memudahkan wartawan untuk memperoleh informasi sekaligus meminta si wartawan itu menunjukkan identitasnya sebagai wartawan bila belum dikenalnya, sebab seluruh wartawan punya identitas dan jangan melayani bila ada wartawan yang meminta imbalan setelah melakukan konfirmasi.
“ Sangat kita sesalkan dan kita mengecam bila benar ada oknum wartawan bukannya melakukan konfirmasi tetapi menodong dengan berbagai dalih lalu meminta imbalan. “ Ungkapnya.
Menurut Pak Hera tidak ada wartawan yang melakukan konfirmasi lalu meminta imbalan, dan kalaupun ada wartawan di Bireuen yang demikian itu berarti wartawan abal-abal ( oknum wartawan) yang tidak jelas dan laporkan saja ke pemimpin reaksinya sebab gara-gara adanya oknum wartawan berarti itu oknum yang mencoba menjatuhkan martabat dan harkat wartawan.
Di sisi lain terkait pengakuan kemunculan “ wartawan Abal-Abal “, Suherman meminta agar pejabat tidak gampang terpengaruh pada penampilan orang-orang yang bergaya penyidik dan mengaku sebagai wartawan.
“ Pada dasarnya sesuai dengan Undang-Undang Pers dan kode etik jurnalistik fungsi wartawan bukan sebagai penyidik, apalagi jika ada yang ngaku-ngaku bisa menjerat atau memenjarakan pejaba tertentu.
Sekali lagi dikatakan, Penyidikan adalah wewenang polisi dan jaksa yang terpisah dari pola kerja wartawan selaku pencari berita dan juga penyampaian informasi,” tegasnya.
Begitu pun Suherman menilai kemunculan oknum wartawan seperti itu disebabkan karena peluang yang terbuka di sebuah institusi atau lembaga terdapat masalah yang dirasa membahayakan jika terpublikasi, sehingga menimbulkan indikasi demikian.
“Makanya kita minta kalangan pejabat, selain memiliki kemampuan memenej lembaga, juga peka terhadap kebutuhan publik melalui media massa serta mengenali bagaimana sesungguhnya kinerja wartawan selaku mitra kerja untuk membangun daerah.
“ Silahkan dan tolong layani pertanyaan wartawan, asal bukan untuk tujuan memeras apalagi menakut-nakuti,” ujarnya datar.
Sebagaimana terungkap, kalangan pejabat di Bireuen sejak dua pekan terakhir mengaku resah akibat aksi segelintir orang yang mengaku wartawan dan menodong dirinya ketika mendatangi dan menjumpainya sekaligus meminta imbalan dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.
Menurut salah satu pejabat yang tak bersedia ditulis namanya, ada di antara mereka yang mengaku sebagai penulis pada media yang memiliki hubungan langsung dengan lembaga pemberantasan korupsi resmi di Indonesia .
Mereka sebut pejabat tadi, cenderung membuka pembicaraan yang bernada mengancam, namun pada bagian lain mereka juga berjanji mampu memberi perlindungan asalkan bersedia menyediakan sejumlah uang.
Sebuah sumber pejabat kemarin menyebutkan, akibat ulah wartawan tak jelas itu disinyalir ada di antara pejabat setempat yang terpengaruh sehingga harus merogoh saku dalam jumlah jutaan rupiah demi menutupi rasa takut pada gelagat tamu tak diundangnya itu.
Pengakuan pejabat tersebut langsung menimbulkan reaksi dari sejumlah wartawan setempat yang mengaku mulai merasa kurang nyaman meminta informasi dari pejabat Bireuen akibat kemunculan Oknum wartawan todong atau abal-abal yang dalam kesehariannya hanya mengandalkan kartu pers sebagai modal.
Sumber pejabat tadi menambahkan, para wartawan yang mendatangi mereka dengan sapaan ramah seraya duduk-duduk sejenak, lalu ujung-ujungnya mereka menyampaikan inti kedatangannya yakni meminta bantuan untuk biaya perjalanan ke luar daerah atau iklan dan brfbagai modus operandinya.
“ Pada prisipnya tetap saya bantu meskipun jumlahnya tidak seberapa, tetapi kalau sampai jumlahnya besar ya tidak mungkinlah.” Sebutnya. ( HUS)
Inset : Ketua PWA Bireuen,Drs H Suherman Amin