PONOROGO, beritalima.com- Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2017, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ponorogo, Jawa Timur, menggelar lomba fotografi.
Selain untuk adu bidikan dan kemampuan mengoperasikan kamera, lomba Fotografi Jelajah Wisata yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ponorogo, peserta juga ditantang untuk uji fisik.
Lomba yang baru pertama kali digelar di Ponorogo ini, pesertanya terdiri dari pelajar SMP, SMA. Mereka bersama-sama berada di lokasi wisata desa di Desa Pohijo, Kecamatan Sampung.
Di wilayah yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah ini, puluhan peserta disebar ke tiga titik lokasi wisata yang berpotensi untuk diangkat sebagai tujuan wisata baik lokal maupun regional. Yaitu di air terjun Midodaren, lokasi mata air Belik Maron dan hamparan bebatuan Istana Batu.
Ketua Panitia HPN 2017 PWI Ponorogo, Welas Arso, mengatakan, on the spot photocontest merupakan lomba yang jarang digelar. Sebab umumnya fotografer lebih suka mengeksplorasi sebuah pemandangan tanpa diatur-atur.
“Tapi kali ini peserta ditantang untuk mengabadikan lokasi yang masih perawan dengan metode foto jurnalistik. Yaitu memotret dengan cepat, dibatasi waktu, namun tetap mengangkat keindahan pemandangan yang ada,” terang Welas Arso, Rabu 15 Maret 2017.
Pada kegiatan yang digelar akhir pekan lalu, lanjutnya, setidaknya ada 27 peserta yang turut berpartisipasi dalam lomba ini. Di masing-masing titik yang jaraknya sekitar 1 km ini, para peserta di bagi menjadi tiga tim dan memotret secara bergantian di tiap titik.
“Meski berupaya mendapatkan foto alam yang alami, disediakan pula para peraga atau model yang menjadi wisatawan. Ini untuk mempercantik tampilan. Dan ternyata ada juga peserta yang memilih menyingkirkan para peraga demi mendapatkan foto alam seutuhnya,” tambahnya.
Untuk menuju lokasi wisata, para peserta harus berjalan kaki melewati medan naik turun dan bebatuan terjal. Di sini, ketahanan fisik sangat dibutuhkan. Meski udara sejuk pegunungan menyelimuti, tak pelak keringat tampak bercucuran dari tubuh para peserta.
“Wah untuk sampai di air terjun saja perlu perjuangan, untuk memotret ya harus ekstra energi,” kata salah satu peserta, Lintang Prasetya, dari SMAN 3 Ponorogo.
Di air terjun yang disebut warga setempat sebagai tempat para bidadari mandi ini, peserta dihadapkan pada air bening nan segar yang meluncur deras dari perbukitan. Peserta pun bertebaran di sejumlah titik. Ada yang memilih berada di bawah aliran air, namun ada pula yang menaiki tebing untuk mendapatkan sudut pemotretan yang berbeda. “Fiuh, extra effort beneran,” kata peserta lainnya, Dian Safitri, dari SMK Darul Falah.
Dari lokasi air terjun, peserta berpindah ke Belik Maron. Belik yang artinya adalah mata air ini bukanlah sebuah kolam. Lokasi ini lebih mirip dataran dengan kumpulan pohon.
“Airnya mengering setelah hutan di atas gundul,” kata Danang, salah satu anggota Paguyuban Peduli Lingkungan Hidup (Pepulih) Desa Pohijo yang berperan sebagai pemandu rombongan fotografer muda Ponorogo.
Namun tak kurang akal, di lokasi ini para peserta habis-habisan mengeksplorasi kontur pepohonan besar yang berdiri di sekitar lokasi. Sesekali mereka menarik perawa yang disediakan untuk menambah aksen pada fotonya.
Di Istana Batu yang berjarak sekitar 1 km dari kedua lokasi, peserta masih terus bersaing untuk mengungkap keindahan pahatan alam di atas bebatuan kapur yang ada. Batu-batu seukuran kerbau, gajah hingga sebesar rumah pun jadi obyek sapuan lensa para fotografer muda. Sambil diburu waktu, para peserta terus berupaya memperoleh pemandangan indah di lokasi ini.
“Sampai ganti beberapa lensa. Ya pakai yang lebar, pakai yang tele, pakai yang fix. Pokoknya total lah,” ujar Jian Nus Susila dari SMKN 2 Ponorogo.
Menurut Ketua PWI Ponorogo, Hadi Sanyoto, lomba foto jelajah wisata yang satu rangkaian dengan penghijauan merupakan wujud kepedulian para wartawan terhadap lingkungan. Para wartawan di Ponorogo ingin mengajak warga, terutama generasi muda dan pelajar untuk bisa menanami kembali hutan di kawasan hutan agar tidak menjadi bencana kekeringan di masa mendatang. Generasi muda juga diajak untuk mengungkap potensi wisata yang ada.
“Kami mengajak semua orang untuk cinta daerahnya, cinta desanya, cinta wisata di lingkungannya. Obyek wisata alam yang ada akan semakin indah bila dipelihara, salah satunya melalui penghijauan. Karena itu, dalam penghijaun yang melibatkan semua unsur termasuk tentara dan polisi, kami beri tema Menanam Oleh Kita Untuk Masa Depan Anak Cucu Kita. Dan kita ingin alam ini abadi sehingga kita coba abadikan lewat kamera para generasi muda,” terang Hadi. (Dibyo).
Foto: Istimewa