Rajinnya Dosenku

  • Whatsapp

beritalima.com – Sosoknya jarang dilihat. Tetapi namanya terkenal di antara mahasiswa. Lho, kok bisa sih, seperti itu?
Sudah menjadi rahasia umum jika dosen, sebut saja Dosen A, itu jarang masuk mengajar mahasiswanya di salah satu instansi perguruan tinggi yang berlokasi di Depok. Mahasiswa-mahasiswi yang diajarnya mengaku jarang melihat sosoknya di lingkungan kampus atau gedung jurusan.

Bahkan terdapat perkataan populer di antara mahasiswa-mahasiswi yang diajarnya yaitu “Dosen A itu Mitos”. Hal itu dikarenakan Dosen A sangat jarang terlihat mengajar. Salah satu kelas yang diajarnya bahkan mengaku bahwa beliau hanya masuk sekitar 1-2 kali dalam satu semester. Pertama kalinya ketika akan Ujian Tengah Semester dan kedua kalinya ketika akan Ujian Akhir Semester. Yang ia lakukan adalah menyerahkan sebundal kertas berisi materi yang diajarnya dan meminta pengurus kelas nantinya untuk memperbanyak salinan materi itu dan membagikannya ke anak sekelas. Jika beruntung, beliau terkadang juga akan sekalian mengajar. Yaah, walaupun bisa dibilang momen ia mengajar itu sudah ‘agak’ telat karena minggu depannya sudah akan ujian.

Kelas yang pertama kali diajarnya mungkin, atau lebih tepatnya pasti, kaget dengan Dosen A yang tidak pernah hadir mengajar di kelas mereka. Tentu kaget, wong mereka datang ke kampus untuk menimba ilmu, lalu bagaimana mereka akan mendapatkan ilmu jika pengajarnya saja tidak ada? Yang biasanya mengalami culture shock seperti ini adalah mahasiswa tahun pertama. Lain lagi dengan mahasiswa tahun kedua atau ketiga yang beruntung sekali jika mendapat kembali mata kuliah dengan Dosen A. Mahasiswa tahun kedua dan tahun ketiga ini biasanya sudah hapal dengan kebiasaan Dosen A yang tidak pernah datang, jadi mereka biasanya pun tidak repot-repot menanyakan kehadiran beliau.

Karena hal ini, mahasiswa banyak yang tidak repot-repot hadir pada jam mata kuliahnya. ‘Toh, Dosen A tidak datang’ begitu pikir mahasiswa. Tetapi jika beliau datang, kabarnya akan menyebar di kelas-kelas yang diajarnya dan pada saat itulah mahasiswa yang biasanya tidak hadir di jamnya akan memasuki kelas.

Kalau dosennya tidak pernah datang, sesekalinya ia masuk hanya saat akan ujian, lalu bagaimana mahasiswa mendapatkan nilai? Padahal biasanya penentu nilai tidak hanya dari ujian tetapi juga dari tugas-tugas harian yang diberikan. Tetapi inilah kenyataan yang terjadi.

Benar adanya bahwa dosen A hanya berpatokan dari nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester untuk dicantumkan di marksheet mahasiswa untuk mata kuliah yang diajarnya. Terkadang ia memberikan tugas tetapi itu hanya sekali – dua kali tanpa menampakkan batang hidungnya di depan mahasiswa. Beliau menyampaikannya melalui ketua kelas dan meminta dikumpulkan ke ketua kelas untuk ditaruh di meja kerjanya. Nilai mahasiswa aman selama mereka mengerjakan dan mengumpulkan ujian –ditambah tugas jika ada. Tetapi yang menjadi pertanyaan, ilmu apa yang didapat mahasiswa selama satu semester mata kuliah Dosen A? Mengapa Dosen A masih ditetapkan sebagai dosen pengajar mata kuliah mahasiswa jika beliau tidak pernah masuk mengajar?

Komentar mahasiswa terhadap Dosen A ini bermacam-macam. Tetapi kebanyakan mengeluh terhadap sikap Dosen A. Ada yang berkata bahwa ia merasa uang kuliahnya terbuang percuma karena ia tidak mendapat ilmu apa-apa selama pengajarannya. Ada yang berkata bahwa sikapnya tidak menunjukkan rasa tanggung jawab seorang dosen seperti seharusnya. Ada yang berkata bahwa ia tidak peduli dengan mahasiswanya. Sudah pernah ada kelas yang mengadu ke pihak jurusan tentang sikap Dosen A ini, tetapi mahasiswa tidak pernah merasakan tindak lanjut dari aduan mereka tersebut.
***

Tetapi harus dipahami juga bahwa sebagai mahasiswa, tidak semestinya mahasiswa murni menggantungkan kesalahan kepada dosen. Justru dengan statusnya sebagai mahasiswa, mereka harus mampu bangkit dari situasi yang kurang menguntungkan. Misalnya seperti mencari bahan pembelajaran sendiri, belajar otodidak, atau diisi dengan kegiatan bermanfaat lainnya. Apapun itu, jangan sampai mahasiswa hanya menyalahkan Dosen A, karena misalnya pun Dosen A rajin masuk tetapi mahasiswa tidak ada keinginan belajar maka hasilnya akan tetap nol. Seperti perkataan yang terdengar akrab di telinga, “Yang mampu membuat perubahan adalah diri kalian sendiri bukan orang lain”.

Penulis : Winanti

Mahasiswa Jurnalistik PNJ

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *