JAKARTA, Beritalima.com– Komite II DPD RI menilai wabah pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda 34 povinsi dan lebih dari 200 kabupaten/kota di tanah air telah membuat sektor perdagangan (ekspor-impor-red) Indonesia terjun bebas.
Fakta dari lapangan, dua kuartal terakhir pertumbuhan perdagangan Indonesia menyusut. Triwulan II Tahun 2020, perdagangan Indonesia minus 6,71 persen. “Dua kuartal mengakibatkan pertumbuhan negatif pada sektor perdagangan hingga minus 6,71 persen.
“Hal itu disebabkan terkontraksinya ekspor barang dan jasa pada titik -12,81 persen dan kontraksi impor hingga -14,16 persen,” ucap Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai saat Rapat Kerja secara virtual dengan Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto dan jajarannya Jakarta, Selasa (22/9).
Senator Dapil Provinsi Papua tersebut mengatakan, kontraksi ekspor barang dan jasa dikarenakan beberapa hal yaitu ekspor non-migas yang mengalami penurunan. Ekspor jasa juga mengalami penurunan karena rendahnya jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. “Keadaan ini juga diperburuk dengan sebagian besar mitra dagang Indonesia yang mengalami kontraksi perekonomian,” jelas anggota Komisi I DPR RI 2014-2019 tersebut.
Yorrys menambahkan, terjadinya kontraksi impor disebabkan adanya penurunan permintaan atau penggunaan mesin-mesin atau pesawat mekanik, penggunaan plastik dan barang dari plastik, serta besi dan baja. “Impor jasa juga mengalami penurunan seiring menurunnya jasa angkutan yang mendukung aktivitas perdagangan domestik dan internasional,” tutur dia.
Menurut Yorrys, sektor perdagangan Indonesia masih dapat ditopang melalui konsumsi rumah tangga. Tetapi konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan hingga -6,51 persen pada Triwulan II Tahun 2020. “Karena itu, diperlukan kebijakan Pemerintah dari sisi pasokan (supply) dan permintaan (demand) untuk menunjang kembali konsumsi rumah tangga,” papar dia.
Selain itu, Komite II DPD RI juga menilai, pelemahan jaringan produksi (supply chain) berdampak pada menurunnya permintaan internasional (global demand) serta mobilisasi barang dan jasa. Terhambatnya mobilisasi barang dan jasa berdampak kepada penurunan sektor akomodasi, restoran dan perdagangan ritel.
“Dunia usaha berperan penting untuk menggerakkan roda perekonomian, sehingga kehadiran Pemerintah untuk melindungi dunia usaha dan konsumen di tengah pandemi Covid-19 sangat diperlukan,” kata Yorrys.
Sementara itu, Wakil Ketua Komite II DPD RI Abdullah Puteh yang ikut mendampingi Yorrys mempertanyakan relaksasi impor terkait Covid-19, apakah ada mitra-mitra baru dalam mengimpor daging sapi. Pasalnya, di Aceh konsumsi daging sapi tinggi sehingga diperlukan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dapat mengimpor daging sapi. “Apakah UMKM di Aceh bisa impor daging sapi,” kata dia.
Anggota DPD RI Provinsi Sulawesi Utara, Stefanus BAN Liow meminta langkah kongkrit peningkatan kesejahteraan daerah dalam hasil pertanian sebab nilai jual pertanian seperti cengkeh, pala dan komoditas sejenisnya di Sulut mengalami penurunan harga. “Untuk saat ini produk cengkeh, pala, dan komoditasnya saat ini harganya anjlok. Maka kami berharap Kemendag bisa memperhatikan hal ini.”
Menjawan pertanyaan para senator, Menteri Perdagangan menjelaskan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan pendekatan pasar melalui yang pulih atau mulai pulih. Setahun kedepan pihaknnya akan memfokuskan kepada negara yang kondisi penanganan Covid-19 yang sudah pulih atau mulai pulih. “Kita akan fokus pasa pasar yang pulih atau mulai putih seperti Australia dan Selandia Baru, Inggris, UAE, dan kawasan Afrika.”
Ditambahkan, untuk kebijakan strategis mendorong ekspor di tengah pandemi global, pertama stategis jangka pendek dimana fokus pengembangan ekspor pada produk dengan pertumbuhan positif berupa makanan, minumam olahan dan alat-alat kesehatan.
“Untuk jangka menengah, kami pertahankan produk yang punya market power, tingkatkan pangsa pasar produk potensial, dan pulihkan produk yang kehilangan pangsa.”
Agus menceritakan, Agustus 2020 secara umum komoditi barang kebutuhan pokok menyubang deflasi antara lain daging ayam ras, bawang merah dan lainnnya. Sedangkan komoditi yang menyubang inflasi hanya minyak goreng 0,01 persen.
“Kami terus berikhtiar agar ekspor Indonesia agar terus meningkat dan tercipta lapangan kerja, serta stabilnya harga bahan pokok. Namun di tengah pandemi Covid 19 sangat berat. Namun pemerintah terus bekerja keras dalam menangani ini,” demikian Agus Suparmanto. (akhir)