Jakarta, beritalima.com – Raminten Universe: Life is a Cabaret menghadirkan kisah inspiratif Kanjeng Hamzah Sulaiman, sosok di balik karakter Raminten, yang menjadikan seni dan budaya sebagai bahasa universal untuk menyatukan perbedaan. Film dokumenter ini menyoroti bagaimana kebaikan hati dan penerimaan tanpa syarat dapat menghapus stigma, memberdayakan komunitas yang terpinggirkan, dan menciptakan ruang aman bagi semua orang untuk berekspresi. Di tengah keberagaman dan tantangan sosial masyarakat urban di Indonesia, Raminten Universe menjadi pengingat bahwa inklusivitas bukan hanya konsep, tetapi tindakan nyata yang mampu mentransformasi kehidupan dan memperkuat jembatan kemanusiaan di negeri ini. Pemutaran film ini turut didukung oleh Kedutaan Besar Kanada serta Institut Français Indonesia (IFI).
Kisah Raminten Universe: Life is a Cabaret memiliki relevansi kuat dengan realitas kehidupan masyarakat kota besar yang penuh keberagaman, di mana keberagaman etnis, agama, gender, dan latar belakang sosial kerap berhadapan dengan ketimpangan ekonomi, stereotip, dan diskriminasi. Di tengah tantangan ini, melalui karyanya, Hamzah Sulaiman mengajarkan kebaikan hati yang merubuhkan sekat sosial menjadi ruang inklusif yang mengubah kehidupan banyak orang melalui pemberdayaan inklusif, terciptanya ruang aman untuk berekspresi, dan harmonisasi at its best. Nia Dinata, sutradara dan penulis, mengungkapkan, “Saya ingin kisah Raminten menjadi cermin bahwa di negeri dengan keberagaman seluas ini, inklusivitas bukan hanya wacana, tapi sesuatu yang bisa kita wujudkan lewat tindakan sederhana setiap hari.”
Dena Rachman produser dan penulis film menambahkan, “Pemutaran Raminten Universe akan menjadi momen refleksi sekaligus perayaan. Lebih dari sekadar tayangan, acara ini akan dilengkapi sesi diskusi bersama sutradara dan produser, juga menghadirkan anggota Raminten Cabaret dari Yogyakarta, sehingga para aktivis, dan komunitas lintas latar belakang dapat membahas bagaimana nilai-nilai inklusivitas dihidupkan di tengah dinamika sosial yang terjadi setiap hari. Film ini mendorong kita untuk melihat bahwa di tengah urban chaos, nurani kebajikan adalah jembatan terkuat antar identitas, menyatukan sesama manusia. Semoga pemutaran film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga pengingat bahwa masyarakat kita akan tumbuh kokoh jika dibangun atas dasar empati, penerimaan, dan inklusi nyata.”
Raminten Universe: Life is a Cabaret mendorong kita melihat manusia di balik label yang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Raminten meyakinkan penonton bahwa inklusivitas bukan sekadar diskursus, melainkan perilaku nyata yang bisa menyelamatkan harga diri dan eksistensi banyak orang. “Warisan Raminten adalah keberanian untuk mencintai tanpa membedakan. Di tengah tantangan kota besar seperti segregasi sosial dan jarak antar kelompok, Raminten mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada sesama. Semoga pesan ini hidup di hati setiap penonton dan menginspirasi aksi nyata di komunitas mereka,” tutup Ratri, Direktur House of Raminten.
Meski Kanjeng Hamzah Sulaiman telah berpulang, semangat dan warisannya tetap hidup. Raminten Cabaret berkomitmen untuk melanjutkan visi beliau dengan mempertahankan panggung sebagai ruang aman bagi semua, menjaga keberagaman sebagai kekuatan, dan terus membuka peluang kerja bagi komunitas kreatif dan kelompok yang kerap terpinggirkan. Para sahabat, keluarga, dan tim yang pernah dibimbing langsung oleh Kanjeng kini bersatu menjaga semangat ini agar tetap menyala. Mereka tidak hanya melanjutkan pertunjukan, tetapi juga merangkul lebih banyak komunitas inklusif di Yogyakarta dan kota lainnya. Di tengah dunia yang sering terpecah oleh perbedaan, melalui film dokumenter Raminten Universe: Life is a Cabaret ini, masyarakat diajak untuk belajar dan ikut menjadi bagian dari sebuah perjalanan yang mana kebaikan hati dan penerimaan tanpa syarat sebagai warisan paling berharga.






