JAKARTA, Beritalima.com– Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia meminta kaum perempuan melek investasi dan punyai kecerdasan finansial khususnya dalam pengelolaan keuangan di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang serba sulit saat ini.
Sebab saat ini, banyak investasi bodong yang ditawarkan dengan iming-iming keuntungan luar biasa, tidak masuk akal dan di luar nalar manusia. “Tentu saja hal ini sangat menarik di tengah kondisi yang serba sulit, peluang investasi menjadi secercah harapan bagi semua orang, terutama ibu-ibu,” kata Ratih Sanggarwati, Ketua Bidang Perempuan DPN Partai Gelora Indonesia seperti dikutip dari Channel YouTube Gelora TV, Minggu (10/10).
Hal itu disampaikan Ratih saat memberikan pengantar diskusi Rumpi bertajuk ‘Sebar Bohong Investasi Bodong, Berhati-hatilah’ Jumat (8/10). Diskusi daring ini dihadiri praktisi pasar modal dan konsultan investasi, Erry Syarifuddin Pasaribu.
Menurut Ratih, sudah banyak masyarakat tertipu investasi abal-abal atau bodong, karena tidak memikirkan resikonya secara matang. Akibat mendapatkan tawaran keuntungan yang menggiurkan mencapai ratusan miliar melayang dalam sekejap.
Pemerintah sendiri telah berupaya untuk memblokir sedikitnya 242 investasi bodong. Namun, money games, trading forex, Kampung Kurma, investasi emas online dan investasi bodong lainnya tetap merajalela dan sulit diberantas. “Disini pentingnya kaum perempuan harus melek investasi, karena bertanggungjawab kepada generasi berikutnya, terutama dalam mengelola kebutuhan rumah tangga.”
Ratih berharap kaum perempuan bisa memiliki ilmu tentang investasi agar dapat memahami prinsip dasar dari sebuah investasi, sebelum memutuskan untuk berinvestasi. “Dengan begitu kaum perempuan tidak gampang tergoda dengan tawaran yang menggiurkan. Sehingga mampu membedakan mana yang prospektif dan mana investasi bodong yang harus dihindari,” ujar Ratih.
Dengan melek investasi, maka kaum perempuan diharapkan memiliki kecerdasan finansial sebagai salah modal utama untuk menjadi perempuan yang berdaya dalam kiprahnya di masyarakat dan negara.
Praktisi pasar modal dan konsultan investasi, Erry Syarifuddin Pasaribu mengatakan, kondisi pandemi yang serba online ini memunculkan gencarnya penawaran investasi. Akibatnya sulit untuk mendeteksi, apakah investasi tersebut, benar atau bodong.
“Nah, karakter masyarakat kita yang cepat kaya dan tidak mau bekerja keras menjadi faktor maraknya investasi bodong, karena diiming-imingi oleh tingginya imbal hasil yang besar,” kata Erry.
Karena itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, masyarakat diminta memahami terlebih dahulu tujuan berinvestasi. Sebab, investasi sifatnya jangka panjang dan aset yang ditanam dapat imbal hasil yang wajar, bukan imbal yang mencurigakan.
“Lalu, pertanyaannya apakah kalau diivestasikan ke saham, dalam waktu satu bulan, apakah mungkin kita bisa menghasilkan 30 persen? Jawabannya jelas tidak mungkin,” tegas Erry.
Disinilah masyarakat diminta perlunya memahami literasi keuangan seperti yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa masyarakat yang berinvestasi harus bisa menguasai investasi dan asetnya.
Jika penawaran investasi tidak sesuai dengan aset yang diinvestasikan, apalagi masyarakat kesulitan untuk mencairkan, jelas hal itu merupakan investasi bodong. “Investasi bodong itu ada di semua sektor, baik yang finansial maupun non finansial seperti investasi emas. Penawarannya biasanya menarik, mendesak dan memaksa,” kata dia.
Investasi bodong juga selalu mengatakan, investasinya aman karena dikelola secara profesional. Dan untuk menarik minat masyarakat, biasanya menggunakan jasa selebriti. “Itu namanya money games dengan skema Ponzi. Skrema Ponzi ini seperti multi level marketing, imbal hasilnya diambil dari peserta atau downline-downline yang baru masuk diberikan ke peserta awal. Jadi tidak ada pengelolan dana sebenarnya, ini hanya money games saja.,” (akhir)