Caption:
Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof Budi Santoso
SURABAYA, beritalima.com|
Menyambut 5 tahun berdirinya Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), Fakultas Kedokteran (FK) Unair menggelar Symposium dengan tema “Advanture and Remote Medicine”. RSTKA yang bermula pada 2016 sampai saat ini masih eksis dan mulai mengagas ide baru untuk program berikutnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Prof Budi Santoso mengamini RSTKA menjadi role model atau contoh untuk seluruh fakultas kedokteran di Indonesia.
“Kalau tidak ada tekad kita bersama, kalau tidak ada semangat yang gigih dari para pengurus dan semua yang terlibat, tidak mungkin usia RSTKA akan bertahan sampai 5 tahun,” ujarnya.
RSTKA fokus untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan. Khususnya di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar.
Sebagai informasi, RSTKA berhasil mengunjungi 86 pulau, melakukan 1.621 operasi bedah umum, dan telah berkolaborasi dengan 2.200 relawan RSTKA.
Angka yang tidak sedikit itu merupakan bentuk jerih payah relawan yang bahu membahu memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat kepulauan dengan semangat cinta dan ungkapan rendah hati.
“Program ini sangat ‘seksi’. Kami bekerja berdasar panggilan dari pulau ke pulau. Dan, ini yang menjadi titik keseruannya,” ujar Direktur RSTKA Dr Agus Harianto pada sesi sambutan.
Dalam angka kelahiran yang ke-5 tahun itu, RSTKA mengagas sepuluh usulan aspek pelayanan kesehatan daerah terpencil yang menjadi kolegium Ilmu Kedokteran Petualangan dan Daerah Terpencil.
Sepuluh usulan tersebut adalah keterpanggilan dengan kekuatan karakter pengabdian, kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan menjangkau daerah yang sulit dijangkau, kemampuan bertahan hidup (survival), ketajaman klinis, pembekalan ilmu kesehatan masyarakat, menghadirkan perubahan multidisiplin berbasis riset dan inovasi, bekerja di daerah dengan setting lintang budaya, serta pemanfaatan telemedicine dan Keterampilan visual serta jurnalistik.
Dari sepuluh usulan tersebut, Dr Agus meminta secara langsung kepada dekan Fakultas Kedokteran Unair untuk menggarap modul pembelajar FK dengan mata kuliah elektif. Harapannya usulan tersebut bisa membekali calon dokter yang siap untuk membantu menyelesaikan kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal. (Yul)