JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr Ir Hetifah Sjaifudian meminta penanggung jawab atlet yang disiapkan menghadapi berbagai kegiatan olah raga internasional seperti SEA Games Vietnam, Olimpiade Tokyo serta putaran final Piala Dunia Sepak Bola Under 20 (U-20) memastikan asupan nutrisi atlet terjaga.
Itu disampai politsi perempuan Partai Golkar tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) secara virtual dengan pemangku olah raga nasional representasi PSSI, PBSI dan PABBSI termasuk Eko Yuli Irawan (angkat besi) dan Kevin Sanjaya Sukamuljo (bulu tangkis). Rabu (8/4).
Setelah mendapat paparan dari masing-masing pemangku kepentingan olah raga, Hetifah mengatakan, mengapresiasi para pelatih dan atlet yang mematuhi himbauan diam di rumah tetapi tetap giat berlatih dengan segala keterbatasan yang ada. “Saya juga mengapresiasi para pengurus berbagai cabang olah raga yang tetap giat berkoordinasi untuk menciptakan kegiatan alternatif sementara untuk pelatih dan atlet dalam wabah ini,” ucap Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu dalam keterangan pers yang diterima awak media, Rabu (8/4) malam.
Hetifah juga bertanya terkait kemungkinan tidak adanya program pelatihan terpusat (training centre) sebagai dampak wabah virus Corona (Covid-19) yang nyaris sudah melanda seluruh provinsi di tanah air sehingga sulitnya pemantauan nutrisi para atlet.
“Tak adanya Training Centre, atlet kurang terkontrol dalam hal teknis dan non teknis seperti sulit memantau makanan dan vitamin atlet terutama cabang yang ditentukan melaluli berat badan sepertu angkat besi, dimana atlet harus menjaga berat badan sesuai kelas dia tampil di pertandingan masing-masing,” papar wakil rakyat Dapil Kalimantan Timur ini.
Hetifah juga mempertanyakan terkait distribusi nutrisi atlet. Bahkan dia meminta masukan terkait distribusi makanan dan vitamin bagi atlet, agar mereka dapat menjaga kondisi dan berat badan sesuai kelas masing-masing? Terkait pemantauan nutrisi dan kesehatan, PSSI mengambil langkah untuk mengembalikan pemain ke klub masing-masing. PSSI berpendapat, dengan dikembalikan pemain ke klub, pemain bersangkutan terpantau kesehatan dan asupan gizinya.
“Kami sudah mengirim surat ke klub. Bahkan ada klub yang mengambil tes Covid-19 dan mengisolir penuh seluruh pemainnya. Dengan begitu, kesehatan, vitamin, serta gizi para atlet benar-benar terkontrol,” jawab Ketua PSSI, Mochamad Iriawan.
Berbeda dengan PSSI yang mengembalikan atlet ke, PBSI memilih tetap memusatkan latihan di Pelatnas Cipayung. “Atlet lebih aman kalau berada di lingkungan ini karena dalam karantina, kesehatan dan asupan nutrisi atlet sangat terjaga.
Sekjen PBSI, Achmad Budiharto menambahkan, kesejahteraan atlet dan pelatih terjaga. “Gaji kami berikan penuh sampai akhir tahun. Namun, kami juga mengantisipasi status pemain kontrak dengan pengontraknya. Jika ada kesulitan terkait asupan nutrisi dan vitamin, kami berkoordinasi dengan Kemenpora,” tambah dia.
Serupa dengan PBSI, PABBSI juga memilih memusatkan latihan atlet di Pelatnas Lifter di karantina di tempat marinir. Jadi, persiapan lifeter sangat terjaga. Kesehatan lifter juga terjaga. Walau berbeda pendekatan, baik PBSI, PBSI maupun PABBSI sepakat mengutamakan kesehatan atlet dan melakukan penyesuaian program apabila dibutuhkan. (akhir)