Oleh : Dede Farhan Aulawi
(Dewan Penasihat Neuroleadership Indonesia)
Mungkin ini menjadi berita menarik bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang memperhatikan tentang kesehatan dan kecantikan kulit. Di mana saat ini dunia terus mengembangkan apa yang disebut Rekayasa Genomik-Epigenomik. Ini merupakan terobosan spektakuler terkait penyediaan teknologi terbaru untuk membaca, menafsirkan, dan memanipulasi genom. Para peneliti terus berupaya memahami bagaimana informasi dalam genom manusia digunakan oleh tubuh. Proyek Genom Manusia telah memberi kosakata “gen”, tetapi epigenetik menyediakan garis depan baru penelitian yang menyelidiki lapisan regulasi genom yang memiliki implikasi mendalam untuk pengobatan penyakit dan rekayasa terapi.
Para Pakar Genom sudah mampu mengedit genom dengan cepat dan murah, merancang bagian biologis baru. Mereka menghubungkan lingkungan dan genetika, memberikan pemahaman lengkap tentang risiko penyakit, pencegahan dini, dan intervensi. Mereka juga sudah melakukan penelitian dengan memeriksa jutaan varian genetik dan mengkarakterisasi epigenome, mengembangkan alat baru untuk analisis terpadu dalam skala besar. Dengan teknologi modern, perakitan genom baru menjadi praktis. Menghasilkan genom untuk organisme baru memungkinkan para peneliti untuk menggunakan alat molekuler dan untuk mempelajari perubahan evolusioner dari waktu ke waktu. Pengeditan epigenetik saat ini memungkinkan modifikasi kode genetik, kromatin, atau tanda metilasi DNA tanpa mengubah urutannya sendiri.
Melalui studi Genomik, bisa mengkatalogkan gen-gen pada makhluk hidup, gen seperti apa yang dapat menimbulkan penyakit atau menciptakan bibit unggul. Termasuk bisa mengklarifikasikan gen. Di Indonesia orang yang memahami masalah Genomik ini relatif masih jarang, padahal kalau di beberapa negara lain sudah benar – benar mengembangkan ilmu genomik dengan tujuan agar menciptakan bibit-bibit unggul pada komoditi di negaranya. Sebut saja contohnya di Amerika, Eropa, Jepang, Korea, China, Selandia baru, Singapura dan Malaysia. Bahkan Jepang sudah mengembangkan genomik untuk padi, ulat sutra, jamur, dan alga merah. Di Malaysia hutan-hutan menjadi subur dan terjaga kelestariannya.
Penerapan ilmu genomik di bidang kesehatan dan kecantikan kulit ditandai dengan munculnya apa yang disebut tes kulit Skin DNA Genomic. Dengan tes Skin DNA Genomic akan dapat diketahui kulit bawaan lahir sehingga bisa memilih treatment yang dianggap paling tepat untuk wajahnya. Di samping itu juga dapat mengetahui seberapa resiko penurunan produksi kolagen kulit, resiko kerutan muncul, hiperpigmentasi atau flek yang akan timbul, resiko inflamasi seperti jerawat, dan resiko alergi.
Saat ini kebanyakan pemeriksaan kulit hanya melalui metode observasi klinis oleh dokter ataupun menggunakan skin analyzer yang hanya melihat kondisi kulit secara makro, tidak bisa memprediksi resiko penuaan pada kulit di masa yang akan datang. Skin DNA Genomic menggunakan teknologi melihat kondisi kulit dengan hanya mengambil air liur (saliva). Lalu mampu merekomendasikan treatment yang sesuai dengan kondisi gen pasien sehingga pasien akan mendapatkan treatment sesuai dengan kebutuhan dan lebih bersifat personal.
Skin DNA Genomic akan menganalisa 13 gen yang berhubungan dengan penuaan yang terbagi dalam 6 parameter diantaranya antioxidant system, pigmentation, inflammation system, collagen regeneration, wrinkle, dan skin cell regeneration. Dengan metode pengambilan sampel air liur, maka dapat diukur kadar kolagen pasien. Jika masih muda bisa dilihat dari pigmentasi. Begitu juga akan dilihat dari tekstur kulit, kering atau berminyak.
Dari uraian di atas, dengan bahasa sederhana dapat dijelaskan bahwa Genom adalah kumpulan lengkap DNA suatu organisme, termasuk semua gennya. Tiap genom berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk membangun dan memelihara organisme tersebut. Pada manusia, salinan seluruh genom, yang jumlahnya lebih dari 3 miliar pasang basa DNA, terdapat di semua sel yang memiliki nukleus.
Jika dilihat dari perspektif bisnis, Ronald W. Davis seorang Direktur di Tthe Stanford Genome Technology menyamakan bisnis genome saat ini dengan boomingnya e-commerce di tahun 1994 ketika Amazon.com berdiri. Menurutnya, makin meningkatnya kemampuan kita untuk memanfaatkan data genome akan mendorong terjadinya booming yang akan datang, dan tentu menjadi peluang bisnis yang sangat besar.