SURABAYA, beritalima.com|
Universitas Airlangga (UNAIR) mengukuhkan empat guru besar pada Rabu (10/8/2022). Bertempat di Aula Garuda Mukti, Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak menyebut orasi empat guru besar baru menggambarkan inklusivitas dan interdisipliner ilmu di UNAIR.
Dalam sambutannya, Prof Nasih menekankan inklusivitas ilmu sebagai keniscayaan dan keharusan. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, UNAIR selalu mengupayakan kerja sama antar bidang ilmu baik di lingkup internal maupun eksternal kampus.
Guru Besar baru dari Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) Prof Dr Lilik Maslachah drh MKes contohnya. Prof Nasih mengapresiasi orasi dan riset Prof Lilik yang menyoroti penyakit malaria dan obatnya.
“Padahal penyakit dan masalah obat-obatan itu adalah domain fakultas kedokteran. Begitu pula guru besar baru kita Prof Hadi Shubhan dari fakultas hukum,” ucap Rektor.
Prof Hadi sendiri menyampaikan orasi terkait kepailitan. Ia menyinggung banyak aspek ekonomi terkait akuntansi, aset, hingga solvabilitas. Riset tersebut menjadi wujud kolaborasi keilmuan yang sangat baik antara FH dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB).
Hal senada juga terlihat pada orasi dua guru besar baru yang lain, yakni Prof Dr Ahmad Yudianto dr SF SH MKes dari Fakultas Kedokteran (FK) dan Prof Rahma Sugihartati dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Prof Yudi berbicara terkait aspek-aspek hukum dalam proses identifikasi. Sementara orasi Prof Rahma menyinggung aspek informasi dalam ilmu perpustakaan.
“Momen pengukuhan ini menunjukkan bahwa tak ada lagi bidang ilmu yang eksklusif. Eksklusivitas bidang ilmu di UNAIR telah terkikis, sehingga kini kerja sama antar bidang bisa terbina dengan baik dan lebih terbuka,” tutur Prof Nasih.
Aplikasikan Teknologi
Selain inklusivitas ilmu, Prof Nasih juga mengapresiasi upaya guru besar untuk mengaplikasikan teknologi dalam riset. Prof Nasih menekankan bahwa kini semua bidang ilmu dituntut memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan fungsi keilmuan.
“Lewat teknologi, bahan-bahan natural dan tradisional bisa dimaksimalkan potensi dan manfaatnya seperti pada riset Prof Lilik. Begitu pula pada pemanfaatan teknologi dalam identifikasi DNA, kepailitan, maupun ilmu sains informasi,” jelasnya.
Prof Nasih berharap riset interdisiplin mampu terus diimplementasikan oleh seluruh civitas akademika UNAIR. Hal tersebut juga menjadi tuntutan utama bagi para guru besar baru karena otoritas keilmuan yang mereka miliki.
“Empat guru besar akan menambah energi dan semangat kami untuk terus maju. Memberi kontribusi signifikan bagi kemanusiaan manusia baik secara nasional maupun global,” pungkasnya. (Yul)