GRESIK,beritalima.com- Generasi muda sekarang ini masuk generasi millenial yang hidup dengan kemudahan digitalisasi internet. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai pemuda yang bisa melakukan perubahan harus mempunyai konsep dasar pondasi visi misi yang kuat.
Ungkapan itu disampaikan Prof Dr Soetanto Soepiadhy SH MH di depan santri dan mahasiswa STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Darutaqwa di Pondok Pesantren Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik,
Dalam forum dialog terbuka untuk memperingati hari sumpah pemuda 28 Oktober ini, mahasiswa diminta untuk terus berproses mengisi kemerdekaan dengan sikap kritis dan berkarya sesuai kemampuan masing-masing.
Menurut Soetanto, bangsa Indonesia emas pada 2045 itu dapat dilihat dari kegiatan para pemuda sekarang. Kalau mahasiswa tidak kreatif dan tidak peka terhadap permasalahan sosial maka ke depannya bisa hancur bangsa Indonesia ini.
“Maju dan maju jangan tambatkan pada siang dan malam. Siang dipacu dan malam dipacu. Kalau tidak, 2045 tidak ada pemuda Indonesia, yang ada hanya Indonesia di ambang kehancuran. Kalau anda (Pemuda dan mahasiswa, red) tidak menyongsong 2045,” kata guru besar di bidang Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Minggu (29/10/2017).
Oleh karena itu, Soetanto yang juga cucu almarhum Bupati Gresik pertama Poesponegoro mengatakan bahwa, pemuda sekarang harus merubah cara berfikir.
Termasuk cara kritis terhadap perkembangan lingkungan dan kebijakan pemerintah.
“Ubahlah cara berfikir mu. Sikap kritis dari anak muda sekarang sangat diperlukan. Kritis terhadap diri sendiri dan lingkungan. Hari ini apa yang telah dilakukan, jika sama dengan kemarin, sama dengan kereta yang berhenti,” katanya.
Abdul Wahab, aktivitas Gresik yang ikut mengisi dialog terbuka dengan tema ‘Pergeseran paradigma gerakan pasca 98 dengan kondisi aktivis kekinian’, mengatakan bahwa mahasiswa atau pemuda tidak harus belajar pada mata pelajaran kuliah namun juga harus peka terhadap sosial.
“Untuk melakukan perubahan, mahasiswa atau pemuda tidak hanya belajar sesuai temantik, tetapi juga pada kepekaan sosial. Sehingga akan mempertajam kesenjangan sosial,” kata Wahab yang juga pengurus LSM Masyarakat Gresik Peduli Kemanusiaan (MGPK).
Sementara itu, Rektor STAI Daruttaqwa A.Syifa’ul Qulub, S.Ag., M.Ei, dalam sambutannya mengatakan, pemuda merupakan sosok yang penting bagi eksistensi sebuah negara sebab mereka merupakan pemegang estafet kepimpinan. Secara otomatis pemuda-lah yang harus bertanggung jawab dimasa yang akan datang.” Secara filosofis pemuda bukan sekedar pemimpin masa depan, namun sosok yang harus bertanggung jawab pada masa depan Negerinya,” ujarnya. (Ron)