Rektor UNAIR Imbau Warga Tetap Tenang, Rumah Sakit Rujukan Tidak Hanya RSUA

  • Whatsapp
Rektor universitas Airlangga Prof M Nasih

SURABAYA, Beritalima.com |
Bertambahnya jumlah pasien positif Virus Corona (Covid-19) di Indonesia membuat sebagian besar masyarakat semakin khawatir. Bahkan, usai diumumkan bahwa ada 6 pasien yang positif corona di Jawa Timur, berbagai rumah sakit rujukan di Jawa Timur menyiapkan banyak hal untuk memberikan pemeriksaan yang optimal. Salah satunya Rumah Sakit Universitas Airlangga yang menjadi salah satu RS rujukan pemerintah.

Mengenai hal itu, Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih memberikan beberapa pesan kepada publik. Kepada awak media Prof. Nasih yang ditemui di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Kampus C menyatakan agar masyarakat diimbau untuk tidak panik dengan berbondong-bondong datang ke rumah sakit rujukan nasional. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di 44 rumah sakit rujukan di Jawa Timur.

“Kami akan melayani masyarakat yang memiliki gejala dan indikasi yang kuat terkait virus corona. Misalnya batuk, demam, sakit tenggorokan, sesak napas dan pernah berpergian ke negara terdampak virus corona. Rumah Sakit UNAIR dan beberapa rumah sakit lainnya akan siap melayani,”terang Prof Nasih.

“Permasalahan ini merupakan masalah nasional yang harus dihadapi oleh semua elemen masyarakat dari RT, pemerintah hingga rumah sakit.
Masyarakat harus rasional menghadapi ini agar semua pihak bisa melakukan tugasnya secara optimal. Jika ada masyarakat yang mengalami itu bisa kunjungi RS terdekat, insyaallah bisa melayani,”sambung Prof Nasih.

“Selain itu, lanjut Prof Nasih, “Kami juga membatasi 100 orang setiap harinya dikarenakan kurangnya tenaga medis. Dalam hal ini RSUA tidak hanya menangani pasien corona melainkan juga pasien yang memiliki penyakit lain dengan jumlah yang begitu banyak. Kita juga harus memilih tenaga yang harus melayani. Kita punya keterbatasan kapasitas, “ujar Prof Nasih.

Dalam proses pelayanan, UNAIR juga siap untuk bekerja 24 jam.
Perlu diketahui, UNAIR miliki 2 institusi berbeda yaitu Rumah Sakit UNAIR dan Lembaga Penyakit Tropis (LPT). Rumah Sakit UNAIR ditunjuk sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional untuk memeriksa orang yang memiliki gejala corona. Sedangkan LPT sebagai lembaga yang menerima sampel dari berbagai rumah sakit untuk dianalisis spesimennya.

“Masyarakat harus bisa membedakan keduanya agar tidak berbondong-bondong ke RSUA,” tandasnya.

“Untuk yang berkaitan dengan LPT, tentu UNAIR harus menambah kapasitas. Kami berencana untuk memberikan support tenaga kesehatan yaitu alat yang bisa menganalisis 1000 sampel. Alat ini tentu dibuat dan dikirim dari luar negeri,” tandas Prof Nasih.

“Alat itu sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan, jadi kita hanya menerima barang dari Kemenkes. Harapannya dengan adanya alat tersebut, masalah ini bisa dilakukan bersama-sama. Virus corona ini merupakan permasalahan Indonesia bahkan dunia. Sehingga kita harus bergotong royong bersama melakukan tugas dan fungsinya masing-masing,” tegas Prof Nasih.

Masyarakat tidak perlu panik karena ini merupakan bagian dari siklus kehidupan. Dalam hal ini UNAIR melakukan penanganan dalam 3 hal yaitu penanganan pasien, pemeriksaan sampel, dan pengembangan vaksin. Keduanya sudah dilakukan UNAIR sebaik-baiknya.

“Sebagaimana komitmen UNAIR di bidang inovasi dan penelitian, kami akan melanjutkan proses untuk mencari dan menemukan vaksin berbekal virus yang sudah kita miliki. Hal itu tetap dilakukan dengan upaya koordinasi dengan balitbangkes. Rancangan dan penyusunan metode sudah dilakukan sebab ada banyak pendekatan yang bisa kita lakukan. Tentu kita berharap vaksin atau antivirusnya itu dapat diproses. Jika sudah ketemu, sebelumnya juga harus kita uji coba pada hewan, tikus, dll,”jelasnya.

“Kami optimis untuk bisa mengembangkan produk itu. Mudah-mudahan di waktu yang tidak lama kita bisa cepat menemukannya,”tambahnya.

Selain itu, H. Ihsanuddin MZ, SE. MM seorang anggota DPRD Aceh selaku orang tua dari pasien yang dinyatakan negatif Corona mengatakan bahwa saat ini putrinya yang sedang menempuh kuliah semester 4 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya itu mengalami demam 40,6 derajat disertai batuk. Hingga akhirnya diambil sikap untuk diisolasi selama 5 hari.
Setelah beberapa hari mendapatkan penanganan medis oleh dr. Alfian Nur Rosyid, Sp.P dan dianalisis secara keseluruhan berkaitan dengan covid-19 dinyatakan negatif.
Pasien ini merupakan salah satu dari pasien ODP yang ditangani oleh RSUA.

Sebelumnya ia pernah melakukan perjalan ke Depok seminggu karena ada acara keluarga. Saat ini pasien sudah mulai pulih dan sedang melakukan rawat jalan. (yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait