SURABAYA, beritalima.com | Nama REMAAS (Relawan Machfud Arifin Asli Suroboyo) belakangan melejit di Surabaya. Di samping karena kaosnya banyak dipakai warga untuk senam, dipakai panitia penyembelehan dan pembagian daging hewan qurban di kampung-kampung serta di berbagai kegiatan lain, juga karena kiprahnya dalam membangun kekuatan untuk pemenangan Machfud Arifin (MA).
Selain itu, cap REMAAS yang bersanding dengan gambar MA, juga terpasang di banner-banner posko di seluruh RW di Surabaya, di 390 posko pemenangan MA tingkat RT, di ujung-ujung gapura kampung, dan di tempat-tempat lainnya.
REMAAS memang bukan satu-satunya kelompok pendukung MA dalam Pilwali Kota Surabaya pada 9 Desember 2020 mendatang. Ada 17 organisasi atau kelompok masyarakat pendukung MA lainnya. Namun, kenapa REMAAS paling menonjol?
Diketuai oleh Yayuk Sri Wahyuningsih yang selama ini dikenal sebagai pegiat anti narkoba, yang juga aktif membina UMKM dan kelompok-kelompok senam, REMAAS tumbuh pesat di bawah binaan sekaligus penanggung jawab dr David Andreasmito. Arek kelahiran Kampung Malang Lor, Surabaya, ini punya motif lebih dari sekedar berharap MA jadi Wali Kota Surabaya.
Ditemui di Sekretariat Jogo Suroboyo yang juga Sekretariat REMAAS, David Andreasmito menyatakan ingin Surabaya benar-benar maju dan warganya sejahtera. Setidaknya tidak ada lagi warga yang sangat sengsara. David mengaku ‘miris’ melihat masih banyak kampung kumuh dan penduduk prasejahtera di balik ‘cover depan’ Surabaya yang indah.
“Saya dulu anak sangat miskin di Kampung Malang Lor, Surabaya. Bapak saya seniman. Kelas 6 SD saya jual lukisan. Saya juga bikin dan jual layang-layang untuk bayar sekokah,” kenang pria kelahiran tahun 1967, pemilik Clinic Jet-Z yang juga pengusaha ekspor mobil bekas ke Singapura ini.
“Ya sekarang kaya raya sih juga tidak. Tapi, untuk membantu warga sekeliling yang membutuhkan kan tidak perlu menunggu sampai kaya raya,” lanjut bapak 1 anak, yang – menurut Yayuk – diam-diam sering bagi-bagi nasi bungkus di masjid-masjid setiap Jumat ini.
Juga, menurut David, untuk memperbaiki keadaan sangat tidak mungkin hanya berharap pada Walikota, terlebih bila Walikotanya tidak memiliki perhatian pada rakyat kecil. “Karena itu, karena dari Bacawali Kota Surabaya yang memiliki perhatian pada rakyat kecil hanya MA, ya bersama REMAAS saya dukung MA,” tegas David.
“Kalau ada Cawali lain yang juga sangat perhatian pada rakyat kecil, ya pasti saya dukung juga, biar Pilwali nanti mendapatkan hasil yang terbaik dari baik,” imbuh David.
Prinsipnya, tegas David, MA jadi atau tidak, atau siapapun Walikota Surabaya nanti, posko-posko yang telah dibentuk harus tetap jalan untuk kebaikan warga Surabaya, utamanya yang tinggal kampung-kampung, yang selama ini kebutuhannya masih banyak yang tidak terakomodir oleh Pemerintah Kota.
David menjelaskan, pembentukan posko-posko ini merupakan cikal bakal sarana pemberdayaan masyarakat. Di samping sebagai tempat penggalangan suara untuk MA, juga sebagai tempat distribusi barang-barang di bawah harga pasar yang sudah mulai jalan, serta akan difungsikan sebagai pos data dan informasi fakir miskin yang sebenarnya.
David menegaskan, bahwa data warga miskin yang ada sekarang sangat tidak sesuai kenyataan. Dia mencontohkan, data menyebutkan 11 orang, padahal kenyataannya 100 orang. “Karena itu, dengan adanya posko-posko ini kita akan dapat data atau angka kemiskinan yang sesungguhnya,” tandas David.
Dia menambahkan, konsep ini dijelaskan ke MA, dan MA setuju. “Pak MA itu orang yang sangat perhatian pada rakyat kecil. Beliau maju Cawali karena sedih melihat masih banyak kampung kumuh dan warga yang masih prasejahtera. Beliau ingin membangun Surabaya lebih maju dengan cepat,” pungkas David. (Ganefo)