SURABAYA, beritalima.com – Rumah hantu Darmo tampaknya sudah tak lagi dianggap angker. Buktinya, bangunan mangkrak tersebut kini justru lebih banyak didatangi remaja yang rentan masalah kenakalan. Hal itu diungkapkan Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto, Selasa (22/11).
Berdasar data satpol PP, sepanjang 2016 aparat penegak perda tersebut menjumpai 62 remaja yang terjaring razia di rumah hantu Darmo. Mayoritas mereka yang terjaring sedang kedapatan pacaran saat malam hari. Beberapa di antaranya bahkan dinyatakan positif menggunakan obat-obatan terlarang.
Irvan menyesalkan lokasi tersebut dimanfaatkan oleh para remaja untuk melakukan aktivitas yang tidak produktif. Untuk itu, dia menyatakan, pihaknya tetap melakukan pengawasan secara random. “Dalam sekali operasi, kita bisa mendapati 15-an remaja. Biasanya kalau setelah ada konser musik, mereka berkumpul di situ (rumah hantu Darmo),” ujar mantan Kabag. Pemerintahan dan Otoda Surabaya itu.
Masih menurut data satpol PP, pelanggaran kenakalan remaja terbanyak tahun ini didominasi oleh remaja yang kongkow di café. Jumlahnya mencapai 135 kasus. Mereka yang terjaring razia di café umumnya terjerat masalah minuman keras (miras) dan narkoba.
Di luar café dan rumah hantu Darmo, operasi kenakalan remaja satpol PP juga menyasar warnet dan warung kopi (warkop). Namun, razia warnet dan warkop dilakukan saat jam-jam sekolah. Remaja yang ‘diciduk’ di warnet mencapai 50 remaja sedangkan di warkop sebanyak 42 remaja. “Mereka yang bolos sekolah di warnet umumnya bermain game online. Ada pula yang minum kopi sambil merokok di warkop,” imbuh Irvan. Selain itu, satpol PP juga mendapati kasus balap liar sebanyak 8 kejadian.
Kendati demikian, Irvan mengatakan, razia kenakalan remaja tetap dilaksanakan secara humanis tanpa tindakan represif. Oleh karenanya, dalam setiap operasi, satpol PP selalu melibatkan satpol PP wanita dengan pendekatan yang halus. Tujuannya, untuk menjaga psikologis anak. “Intinya kami ini ingin menyelamatkan masa depan anak-anak Surabaya tanpa melukai mereka, baik dari sisi fisik maupun psikologisnya,” urainya.
Razia kenakalan remaja selalu menggandeng bapemas KB, dinas sosial, dinas pendidikan dan dinas kesehatan serta Badan Narkotika Nasional (BNN). Prosedurnya, semua remaja yang terjaring razia akan didata. Setelah itu, mereka akan mendapatkan pembinaan. Khusus remaja yang terjaring malam hari, akan dilakukan tes HIV-AIDS dan tes narkoba. Bila positif HIV-AIDS, mereka akan ditangani oleh Dinkes Surabaya. Kalau positif narkoba, BNN akan mengambil alih proses pendampingan. Sedangkan untuk kasus bolos sekolah, pihak sekolah dan orang tua akan dipanggil ke kantor Satpol PP.
Kabid Pengembangan Kapasitas Satpol PP Surabaya, Deny C. Tupamahu menuturkan, mulai Januari hingga 22 November 2016, total kenakalan remaja yang dijumpai tim satpol PP sebanyak 793 kasus. Rinciannya, 597 laki-laki dan 196 perempuan. Angka ini mengalami peningkatan jika dibanding tahun lalu sebanyak 675 kasus.
Namun demikian, menurut Deny, kenaikan temuan tidak bisa serta-merta disimpulkan bahwa kenakalan remaja di Surabaya meningkat. Pasalnya, pada 2016 ini, satpol PP melebarkan sayap sasaran razia dan lebih aktif menggelar operasi kenakalan remaja. Utamanya di warkop yang kini sudah menjadi lokasi rutin razia. “Tahun lalu, warkop belum masuk sasaran utama kami. Tapi, karena jumlahnya ternyata cukup tinggi, maka dari itu tahun 2016 ini kami intensifkan razia di warkop-warkop pada saat jam sekolah,” tukasnya.
Mulai Gunakan IT
Tahun ini, tepatnya Juli 2016, satpol PP mulai memanfaatkan teknologi informasi dalam mengolah data hasil razia. Skema yang diberi nama Sistem Informasi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) Kota Surabaya itu masih dalam tahap trial. Rencananya, sistem tersebut dimanfaatkan secara maksimal pada 2017 mendatang.
Kasie Program Bidang Pengembangan Kapasitas Satpol PP, Bagus Supriadi menyatakan, dengan cara manual, untuk meng-cluster data dan jumlah razia membutuhkan waktu lama. Namun, dengan sistem ini, kebutuhan informasi dapat tersaji secara cepat dengan hanya menekan tombol saja. “Variabel data yang diinginkan bisa diatur dengan mudah, seperti nama, usia, latar belakang kasus, lokasi penangkapan dan sebagainya,” katanya.
Sistem informasi yang terintegrasi dengan data Dinsos Surabaya ini juga dapat membantu pencarian orang hilang. Dengan memasukkan nama atau ciri-ciri lain dari orang yang dicari, dapat diketahui apakah orang tersebut pernah terjaring razia satpol PP. “Riwayat mereka yang pernah terjaring razia satpol PP terekam jelas dalam sistem ini,” pungkas Bagus.