SURABAYA, beritalima.com – Tak dapat dipungkiri, di era globalisasi ekonomi saat ini arus perdagangan barang dan jasa hampir tanpa penghalang atau barrier to entry rendah.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan eksistensi dan daya saing produk lokal, khususnya yang berbasis UMKM, perlu terus dilakukan perbaikan dan pembenahan kapasitas dan kualitas UMKM sehingga bisa bersaing di pasar ekspor.
Jepang dan Singapura menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama Jawa Timur, tidak terkecuali untuk produk UMKM lokal Jawa Timur.
Untuk terus meningkatkan kapasitas ekspor UMKM Jawa Timur ke Singapura, Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur mengadakan business matching dengan investor Singapura, Kamis (2/05/2019), setelah 2 hari sebelumnya mengadakan kegiatan serupa dengan Jepang.
“Sejak beberapa tahun belakangan Singapura telah menjadi salah satu negara tujuan ekspor Jawa Timur, bahkan yang terbesar di antara Negara ASEAN, terutama untuk industri non migas,” kata Harmanta, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Kamis (02/05/2019).
“Pada periode Januari sampai Maret 2019, ekspor non migas Jawa Timur ke Singapura sebesar US$ 364,8 juta atau 5,73% dari total ekspor non migas Jawa Timur. Hal tersebut menjadikan Singapura sebagai potensi pasar yang besar bagi produk Jawa Timur,” lanjut dia.
Kegiatan bertajuk “Business Matching Indonesia-Singapura: Akselerasi Ekspor Produk UMKM Unggulan Jawa Timur” ini diikuti oleh 40 UMKM binaan Kantor Perwakilan BI se-Jawa Timur.
Disini para UMKM dipertemukan dan melakukan one on one meeting dengan ANAPANA, importir yang akan membawa produk UMKM Jawa Timur ke Singapura.
“Pada tahap awal, ANAPANA akan fokus kepada produk ready to eat. Tahap sekarang ini adalah tahap penjajakan untuk selanjutnya dilihat potensi masuk ke salah satu jaringan supermarket terbesar di Singapura,” jelas Harmanta.
Dituturkan oleh Harmanta, paling tidak akan ada 9 produk yang dapat dibawa ke Singapura, diantaranya almond crispy “Pawon Kue”, rengginang bawang dan tempe “Syafrida”, sambal bawang Bu Sandra, bagelen “Ayu Cookies”, dan teh hitam “Si Taraa” dari Surabaya.
Selain itu, dipilih pula aneka keripik “So Kress” dari Malang, bawang goreng “Bang Go” dari Bojonegoro, Lapeyek dari Sidoarjo serta aneka keripik “Mak Plengeh” dari Kediri.
“ANAPANA bahkan sudah berkunjung ke lokasi UMKM tersebut untuk melihat secara langsung proses produksinya dan melakukan kurasi,” jelasnya.
Kegiatan business matching ini merupakan salah satu program KPw BI Jatim untuk mendorong ekspor dalam rangka mengendalikan defisit transaksi berjalan (current account deficit).
“Sebelumnya telah dilakukan kegiatan serupa dengan Malaysia dan sudah ada beberapa yang tembus. Ke depan, kami akan lebih mendorong lagi kegiatan serupa dengan negara lainnya,” pungkas Harmanta. (Ganefo)