Reshuffle Kabinet Jilid II Yang Membanting Analis Politik Kubu SBY

  • Whatsapp

Oleh: Saiful Huda Ems.

Dengan tenang di saat media ramai memberitakan soal penangkapan dedengkot intellectual dader teroris Indonesia Munarman oleh Densus 88 Anti Teror, Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta telah melantik dua Menteri Kabinet Indonesia Maju untuk sisa masa jabatan periode tahun 2019-2024, serta satu Kepala Lembaga Pemerintahan non kementerian.

Hari ini (28 April 2021) Presiden Jokowi telah melantik Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Pelantikan ini dilaksanakan setelah DPR menyetujui penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud, serta pembentukan Kementerian Investasi.

Selain itu Presiden Jokowi juga mengangkat seorang fisikawan Laksana Tri Handoko sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), lembaga yang dibentuk untuk menciptakan ekosistem riset dan inovasi yang lebih baik di Indonesia.

Memperhatikan Reshuffle Kabinet Indonesia Maju Jilid II ini, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa, beberapa pengamat politik selama ini yang menggebu-gebu menginginkan adanya reshuffle di sejumlah kementerian dan memunculkan nama-nama yang terkesan dipaksakan untuk jadi menteri seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), adalah bagian dari intrik politik yang ingin membunuh karakter politisi yakni Moeldoko dan figur profesional seperti Nadiem Anwar Makarim.

Entah sudah berapa orang dan berapa kali mereka selalu menyebut nama Moeldoko dengan inisial M, yang dikatakannya akan turut direshuffle oleh Presiden Jokowi, nanun nyatanya Pak Moeldoko tetap bertahan di posisinya sebagai Kepala Staf Kepresidenan dan juga ditambah tugasnya menjadi Dewan Pengarah team transisi pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Begitupun dengan Nadiem Anwar Makarim yang kata mereka juga akan direshuffle, namun kenyataannya Nadiem malah diberi amanat yang lebih besar, yakni tidak hanya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga ditambahi lagi sebagai Menteri Riset dan Teknologi yang sebelumnya terpisah sekarang digabung menjadi satu kementerian.

Kita pastinya tidaklah heran, kenapa kubu oposisi banci seperti Partai Demokrat AHY selalu saja berusaha ingin membusukkan karakter pejabat-pejabat terbaik yang terhimpun di kabinet Pemerintahan Jokowi. Ingat, sebelum reshuffle ini terjadi, beberapa waktu lalu pihak sebrang juga membuat polling mengenai sosok yang tepat untuk menggantikan posisi Pak Moeldoko. Dari situ kita bisa tau betapa mereka selama ini sangat menggebu-gebu ingin memisahkan atau mengadu domba antara Presiden Jokowi dan Kepala Staf Kepresidenan R.I Pak Moeldoko, dan sekarang dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan oleh Presiden Jokowi seakan telah membanting analis-analis politik kubu SBY tersebut.

Presiden Jokowi memang figur politisi yang tak mudah ditekan-tekan oleh lawan-lawan politiknya, tetapi sayangnya mereka tetap bebal hingga segala cara tetap saja dilakukannya untuk memuaskan ambisinya yang ternyata tak pernah kesampaian jua. Bertahannya Pak Moeldoko di posisinya sebagai Kepala Staf Kepresidenan juga bisa kita fahami sebagai bentuk kemesraan antara Pak Jokowi dan Pak Moeldoko, sekaligus sebagai bentuk pembuktian bahwa SBY sebagai sosok ahli strategi politik itu ternyata hanya gombal alias mitos yang selalu tumbang oleh fakta.

Pak Moeldoko masih jadi pejabat, lalu AHY sudah gagal total lagi menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, apa tidak sebaiknya kita dorong Pak Jokowi untuk menjadikan AHY sebagai Kuncen (Juru Kunci) Candi Hambalang saja? Semoga…(SHE).

28 April 2021.

Saiful Huda Ems (SHE). Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat Kepemimpinan Dr. Moeldoko.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait