Resistensi Insulin,”Pandemi” baru yang perlu diwaspadai

  • Whatsapp

beritalima.com | Di banyak kota di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, kita dengan mudah menemukan “surga makanan”, tempat dimana aneka macam jajanan pengugah selera dijual. Kini, tidak hanya di Indonesia bahkan hampir seluruh dunia, makanan tidak lagi hanya ditujukan untuk bertahan hidup akan tetapi sebuah tren memanjakan lidah bahkan wisata.  Namun sesungguhnya tanpa disadari ada bahaya besar mengintai di balik euforia makanan ini.Selaian terkait faktor genetik dan gaya hidup sedentari.

Kebiasan makan nasi tiga kali sehari, ditambah cemilan roti, mie dan aneka makanan lainnya berbasis tepung yang tinggi  karbohidrat dan aneka minuman manis yang kaya gula menjadi resiko bagi meningkatnya kejadian Resistensi Insulin, penyebab penyakit Diabetes Melitus tipe 2.            Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF),  jumlah penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2019 terdapat sejumlah 463 juta jiwa penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia, bahkan diprediksi akan terus meningkat menjadi 578 juta jiwa pada tahun 2030. Tak terkecuali di Indonesia, tren prevalensi peningkatan juga terus terjadi hampir merata di tiap daerah berdasarkan hasil Riskesdas 2018. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kronis yang termasuk kedalam 10 besar penyebab kematian di dunia.     

      Berawal dari Resistensi Insulin, yaitu kondisi dimana insulin tidak lagi mampu merubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan sel-sel tubuh, sehingga membuat gula darah meningkat. Kondisi ketidak sensitifan insulin ini bila dibiarkan terus menerus terjadi bahkan bertahun tahun , maka dapat dipastikan dalam beberapa tahun kemudian akan menderita penyakit metabolik Diabetes Melitus tipe 2.  Mengapa tingginya gula atau karbohidrat dalam konsumsi makanan kita menjadi penyebab terjadinya Resistensi Insulin?. Tubuh memiliki mekanisme tersendiri dalam membentuk energi dari makanan yang kita konsumsi. Insulin merupakan hormon yang bekerja merubah glukosa dari makanan menjadi energi yang dapat digunakan oleh sel-sel tubuh, dan merubah sisanya menjadi glikogen yang disimpan di hati. Konsumsi karbohidrat berlebih yang terjadi terus-menerus menyebabkan sel-sel tubuh tidak lagi dapat merespon kerja insulin, akibatnya pankreas akan memproduksi insulin lebih banyak lagi. Produksi insulin yang berlebih tidak hanya memperberat beban kerja pankreas juga memberi beberapa dampak lainnya bagi tubuh.  Sebagai hormon, fungsi insulin tidak hanya bekerja merubah glukosa menjadi energi tapi insulin juga berperan sebagai anabolik hormon. Dalam jumlah berlebih dapat menganggu keseimbangan hormon  yang tentu dampaknya dapat merembet pada banyak hal seperti menyebabkan kegemukan, hipertensi, ganguan kesuburan, inflamasi bahkan kanker. Jadi dengan menghindari terjadinya Resistensi Insulin maka sesungguhnya kita tidak hanya sedang menghindari kemungkinan terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 bahkan sekaligus beberapa penyakit degeneratif lainnya.Resistensi insulin kerap sekali tidak bergejala sehingga seringkali tidak disadari. Namun kegemukan, mudah lelah, mudah lapar meskipun baru saja makan dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan tekanan darah tinggi, nilai trigliserida tinggi dan nilai HDL rendah  dapat  menjadi indikasi kemungkinan mulai terjadi Resistensi Insulin pada tubuh anda.   

            Kondisi Resistensi Insulin dapat dikatakan sebagai sebuah peringatan. Artinya kondisi ini masih sangat mungkin untuk dikendalikan atau kembalikan dengan pola makan yang sehat berupa real food dan karbohidrat yang tidak berlebih. Tentu saja harus disertai pula dengan olah raga teratur dan aktif bergerak. Bila itu semua dapat anda lakukan maka kemungkinan besar anda terbebas dari ancaman menakutkan Diabetes Melitus tipe 2.

Hayatul Fitri. Sehari-hari bekerja sebagai Dokter Aesthetic di RD House of Beauty Clinic, Harapan Indah, Bekasi.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait