BONDOWOSO, beritalima.com – Kasus positif Covid-19 adi Indonesia terus naik setiap hari. Dalam rangka mencegah penularan, sejumlah warga di Bondowoso melakukan berbagai upaya. Bahkan salah satunya ritual selamatan serabi dan ketupat.
Mereka meyakini doa bersama sambil menyedekahkan serabi dan ketupat tersebut dapat mencegah segala jenis penyakit, termasuk Corona.
Ritual tersebut dilakukan di beberapa desa yang tersebar di Kabupaten Bondowoso. Salah satunya di Kecamatan Wringin dan beberapa kecamatan lain. Namun pelaksanaannya tidak serentak dalam sehari. Ada yang melaksanakan dua hari lalu, kemarin, dan hari ini Minggu (4/6/2021).
Salah seorang Warga Desa Banyuwulu Kecamatan Wringin, Martini (42) mengatakan bahwa setiap rumah menyediakan serabi dan ketupat. Jumlahnya mengikuti jumlah jiwa dalam rumah tersebut.
“Misalnya seperti di rumah saya ini, kan ada empat orang. Saya, suami dan dua anak saya. Maka harus menyediakan empat ketupat dan empat serabi,” katanya.
Setelah itu kata dia, makanan tersebut dikumpulkan ke salah satu musala kemudian dibacain sholawat serta ayat-ayat suci Al-Qur’an. Setelah didoain selanjutnya dimakan bersama-sama.
“Kemudian serabi dan ketupat itu didoakan oleh guru ngaji atau tokoh agama setempat,” jelas perempuan dua anak tersebut.
Setelah selesai membaca doa, serabi dan ketupat itu dibagikan lagi. Masing-masing orang memperoleh satu serabi dan satu ketupat.
“Semua harus memakannya. Kami yakin, dengan makan serabi dan ketupat yang melalui proses ritual ini, bisa jauh dari penyakit. Tentu dengan izin Allah, kami hanya ikhtiar,” paparnya.
Sementara salah seorang tokoh agama yang diminta berdoa dalam ritual itu, H Abdul Qodir mengatakan, ritual tersebut tentu dengan memohon pertolongan kepada Allah.
“Kita baca istighfar, shalawat dan bacaan-bacaan lain. Serta berdoa agar jauh dari segala bahaya terutama wabah penyakit,” jelasnya.
Soal serabi dan ketupat itu sudah menjadi tradisi sejak dulu. “Tetapi itu hanya adat, atau hanya dijadikan perantara,” jelasnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah mengenai hal tersebut, Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengatakan, KH Asy’ari Pasha mengatakan, biasanya memang ada amalan dari orang tertentu.
Menurutnya, hal semacam itu hanya cara atau tingkatan setiap orang atau masyarakat untuk berdoa. “Itu hanya cara saja. Tetapi memang salah satu upaya untuk menghilangkan wabah itu, harus dengan berdoa,” jelasnya.
Terpenting kata dia, diniatkan untuk meminta pertolongan kepada Allah melalui doa. “Kita diperintahkan berdoa jika ada wabah. Makanya ada doa tolak bala,” jelasnya.
Sementara terkait serabi dan ketupat yang menjadi syarat dalam ritual itu. Menurutnya, jika diniatkan untuk dihadiahkan ke orang lain, maka menjadi amal yang baik.
“Itu bernilai sedekah. Bahkan dalam hadits disebutkan, sedekah dapat mencegah bala (kejadian buruk). Selagi niatnya baik, tidak dilarang. Sebab kita tidak menyembah makanan itu,” paparnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Tholabah tersebut juga mengimbau, agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Yakni 5M (menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas).
“Apalagi saat ini yang tertular penyakit terus meningkat. Maka saya menghimbau untuk melakukan protokol kesehatan,” imbaunya.
Tentu selain itu kata dia, juga harus memperbanyak istighfar dan berdoa. “Bertobat, bershalawat. Barangkali dengan begitu doa kita cepat diterima,” imbuhnya.
Pihaknya menegaskan, tidak cukup hanya berdoa atau selamatan serabi dan ketupat dalam mencegah Corona. Tak kalah penting, warga Bondowoso harus mengikuti anjuran pemerintah. “Mari kita saling menjaga satu sama lain,” imbuhnya. (*/Rois)