Roy Suryo Angkat Bicara Terkait Teror Pembunuhan di UGM

  • Whatsapp

YOGJAKARTA, beritalima.com- Teror ancaman pembunuhan dari orang tak dikenal terhadap pelaksana kegiatan diskusi mahasiswa Constitutional Law Society (CLS) Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM), dinilai banyak pihak mengancam kebebasan daya kritis mahasiswa.

Ancaman yang dilakukan tidak hanya dengan pesan singkat dan telpon. Tapi ancaman sudah secara fisik mendatangi keluarga pelaksana acara diskusi. Selain itu, pengancam juga mencatut nama Muhammadiyah.

Menannggapi itu mantan Menteri Pemuda Olahraga (Menpora) yang juga alumni Kampus UGM, menyampaikan, apa yang terjadi di Kampus UGM dan Dosen UII Yogjakarta, tidak bisa dianggap remeh.

Alasannya, karena menyangkut marwah-marwah ‘Kampus nDeso’ (rakyat) yang menjadi kebanggaan masyarakat.

“Tetapi saya sekali lagi percaya, gusti Allah SWT tidak sare (tidur),” tulis Roy Suryo dalam cuitannya di Twitter pribadinya.

Praktisi multimedia dan telematika ini melanjutkan, bila dicermati penjelasan Dekan Fakultas Hukum UGM, Prof Dr Sigit Riyanto, biang keladinya adalah provokasi oknum yang bermaksud carMuk (baca:menjilat) bak pekingese.

“Silakan googling orang yang gagal saat nyalon rektor kampus tersebut, jelas? Provokasi mirip-mirip tahun 1965,” tambahnya.

Untuk segenap keluarga besar UGM Yogyakarta dan UII, ia berpesan, harus mawas diri dan satukan langkah, karena pola-pola provokasi semacam yang dilakukan oleh oknum yang disebut-sebut Dekan FH UGM memang sekali lagi mirip tahun 1965-1966 silam.

“Kondisi +62 mirip di tahun 1965-1966 silam. Jas Merah, Gusti Allah SWT tidak sare,” tandasnya.

Roy juga menyampaikan sekali lagi, masyarakat harus tampilkan lakon wayang “Petruk Dadi Ratu”.

“Mirip kata Mas Rocky Gerung, mau dipaksakan seperti apapun tetap saja, karena kapasitas Petruk memang Rendah (baca: Dungu). Akhirnya Dunia Pewayangan yang jadi Korbannya semua, akibat berakhir dengan goro-goro,” pungkasnya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Hukum UGM Prof. Sigit Riyanto, menjelaskan secara rinci ancaman pembunuhan yang disampaikan OTK terhadap pelaksanan kegiatan hingga kepada keluarganya.

Acaman muncul satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan diskusi, yang rencananya digelar tanggal 29 Mei 2020, kemarin.

“Tanggal 28 Mei 2020 malam, teror dan ancaman mulai berdatangan kepada nama-nama yang tercantum di dalam poster kegiatan, pembicara, moderator, serta narahubung. Berbagai teror dan ancaman dialami oleh pembicara, moderator, narahubung, serta kemudian kepada ketua komunitas CLS,” terang Sigit Riyanto dalam siaran pers, Sabtu 30 Mei 2020.

Bentuk ancaman yang diterima beragam. Yaitu mulai dari pengiriman pemesanan ojek online ke kediaman penerima teror, teks ancaman pembunuhan, telepon, hingga adanya beberapa orang yang mendatangi kediaman mereka.

Bahkan, ancaman-ancaman itu bukan lagi hanya menyasar pihak penyelenggara dan pembicara, tetapi juga anggota keluarga pelaksanan kegiatan. Bentuknya berupa pesan teks kepada orang tua dua orang mahasiswa pelaksana kegiatan. (Red).

beritalima.com

Pos terkait