SURABAYA, beritalima.com | RS Kemenkes Surabaya gelar media gathering dan sosialisasi layanan Code Stroke Awareness serta Neuro Restorasi Pasca Stroke, Jumat (19/12/2025). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan stroke secara cepat dan terpadu.
Hadir dalam kegiatan ini tiga narasumber Dokter Spesialis Saraf RS Kemenkes Surabaya, dr. Chandrawati Widya Sp.N, dr. M. Wildan Hakim Sp.BS, dan dr. Cindy Cecilia Sp.N.
dr. Chandrawati Widya mengatakan, stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia serta penyebab utama disabilitas. Di Jawa Timur, kasus stroke terus meningkat setiap tahun, sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan tepat.
Code Stroke merupakan sistem penanganan stroke pada waktu kritis untuk mencegah kerusakan otak permanen. Penanganan stroke harus dilakukan dalam golden period, yaitu sekitar dua jam sejak gejala muncul.
Sebagai rumah sakit tipe A, RS Kemenkes Surabaya didukung fasilitas lengkap, peralatan canggih, serta tim medis berpengalaman. Dengan penerapan Code Stroke, seluruh alur pelayanan mulai dari dokter, pemeriksaan penunjang, hingga petugas terkait terintegrasi dan dapat bergerak cepat.
Disebutkan, gejala stroke tidak selalu berupa kelemahan separuh tubuh atau wajah mencong. Pusing berputar, kesemutan, atau nyeri kepala mendadak juga harus diwaspadai.
Dalam penanganan stroke, tindakan bedah kini dapat dilakukan secara minimal invasif. dr. M. Wildan Hakim, Sp.BS menjelaskan, teknologi endoskopik dan mikroskopik memungkinkan penanganan perdarahan maupun sumbatan otak dengan lebih aman dan presisi.
RS Kemenkes Surabaya juga menyediakan layanan Neuro Restorasi Pasca Stroke untuk memulihkan fungsi saraf, kognitif, dan kualitas hidup pasien. Salah satu teknologi unggulan adalah Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), yaitu stimulasi otak non-invasif menggunakan medan magnet yang membantu meningkatkan neuroplasticity dan mempercepat pemulihan tanpa tindakan operasi.
Melalui layanan terpadu dari fase akut hingga rehabilitasi, RS Kemenkes Surabaya berkomitmen memberikan pelayanan stroke yang komprehensif dan berkelanjutan.
Sementara itu, dr. Cindy, Sp.N menambahkan, untuk proses pemulihan pasca-stroke dimulai sejak fase awal serangan, bukan setelah kondisi pasien stabil.
“Jika pasien datang terlambat, banyak sel saraf sudah terlanjur rusak, sehingga pemulihan tidak maksimal. Namun, rehabilitasi tetap harus dijalani agar fungsi tubuh tidak terus menurun,” ujarnya.
Menurut Cindy, pemulihan pasca-stroke mencakup fisioterapi, latihan berjalan dan makan, hingga terapi stimulasi listrik dan magnetik. Dengan penanganan yang tepat waktu dan disiplin menjalani rehabilitasi, peluang pemulihan pasien akan jauh lebih baik.
Ia menilai keterlambatan pasien umumnya disebabkan minimnya pengetahuan. Sebagian masyarakat masih menganggap stroke sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bahkan dikaitkan dengan stigma tertentu.
“Di sinilah peran media sangat penting untuk mendorong masyarakat agar tidak ragu datang ke rumah sakit. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang pasien untuk pulih,” pungkasnya. (Gan)
Teks Foto: dr. M. Wildan Hakim Sp.BS.








