SURABAYA, beritalima.com | RS Kemenkes Surabaya memperluas jangkauan layanan kesehatannya dengan menjalin kerja sama strategis bersama penyedia asuransi Nayaka Era Husada.
Langkah ini diambil untuk memastikan ribuan pemegang polis asuransi swasta dapat mengakses fasilitas medis mutakhir yang dimiliki rumah sakit milik negara tersebut.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama oleh Plh. Direktur Utama RS Kemenkes Surabaya, dr. Martha Siahaan SH MARS MH.Kes, dan Branch Manager Nayaka Surabaya, Dwi Swandayani SE, di RS Kemenkes Surabaya, Senin (22/12/2025).
dr. Martha Siahaan mengatakan, kerja sama ini merupakan komitmen rumah sakit dalam melayani seluruh lapisan masyarakat, termasuk nasabah asuransi swasta.
Saat ini, Nayaka Era Husada tercatat memiliki sekitar 6.000 nasabah yang tersebar di wilayah Jawa Timur. “Kami siap melayani seluruh nasabah yang dijamin oleh Nayaka Era Husada,” ujar dr. Martha.
“Layanan yang kami berikan mencakup layanan kesehatan dasar hingga teknologi canggih. Dari sisi tarif, kami menggunakan standar tarif pemerintah yang telah memenuhi persyaratan mereka,” lanjutnya.
Dipaparkan, RS Kemenkes Surabaya menawarkan berbagai fasilitas unggulan yang kini dapat diakses oleh nasabah asuransi, mulai dari layanan radioterapi hingga pemindaian PET-Scan.
Selain Nayaka Era Husada, RS Kemenkes juga telah bermitra dengan sejumlah asuransi dan korporasi besar seperti Mandiri Inhealth, PLN Medika, Telkom, hingga produsen otomotif dan sektor industri lainnya.
Hingga saat ini, RS Kemenkes Surabaya mencatat tren kunjungan pasien didominasi oleh kasus-kasus penyakit katastropik, sesuai dengan fokus layanan unggulan rumah sakit.
“Kasus yang paling banyak kami tangani adalah KJS (Kanker, Jantung, dan Stroke), serta hipertensi. Selain itu, kasus ortopedi atau tulang belakang juga sangat tinggi,” ungkapnya.
“Harapan kami, dengan fasilitas sebesar ini, RS Kemenkes Surabaya dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat,” tambahnya.
Selain penandatanganan kerjasama tersebut, dalam kegiatan ini juga digelar Healthtalk Update Management Spine yang menghadirkan diantaranya dr. Asadullah SpBS.
Dokter bedah saraf ini membantah stigma yang beredar bahwa Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) atau lebih dikenal sebagai “sakit pinggang” atau saraf kejepit ini harus operasi. Ditegaskan, kasus HNP tiap orang berbeda dan banyak jenisnya, tidak bisa disamaratakan.
“Meski sebagai dokter bedah saraf, tidak meski dalam menangani HNP harus operasi. Kalaupun operasi, kita usahakan minimal invasif dan sayatan didukung peralatan memadai bisa dilakukan dengan tepat sesuai kebutuhan,” ungkapnya.
“Operasi hanya diperlukan jika nyeri yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konservatif selama dua minggu. Kehilangan kontrol sfinkter, kehilangan kontrol sfinkter anus atau kandung kemih dan kondisi darurat seperti kompresi spinal atau infeksi,” kata dr Asadullah.
Sementara itu dr. Alan Anderson M.Sc Sp.Rad menambahkan, dalam berbagai kasus HNP dokter akan menentukan apakah operasi diperlukan berdasarkan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan. Salah satunya dengan terapi radiologi yang diperlukan guna menentukan tindakan selanjutnya.
“Bisa menggunakan X-ray, CT-Scan atau MRI. Dari ketiga jenis alat yang dipakai, masing-masing memiliki plus minus sesuai kebutuhan yang diperlukan. Jadi tidak meski harus MRI karena dianggap memiliki validitas tertinggi. Semuanya bergantung pada kebutuhan,” jelasnya. (Gan)
Teks Foto: dr. Martha dan Branch Manager Nayaka Surabaya tunjukan perjanjian kerjasama yang ditandatangani, Senin (22/12/2025).







