BANDUNG – Pop akustik vintage punya tempat tersendiri di hati para penikmat musik. Aliran musik tersebut berhasil mengantar beberapa grup musik mancanegara untuk meraih pengakuan dunia. Di Indonesia ada Raia dan Zhia, duo cewek yang menamakan grup musik mereka Story of Lea, mereka konsisten membawakan pop akustik vintage pada setiap aksi panggung mereka di berbagai event di Kota Bandung.
Melihat potensi yang dimiliki Story of Lea, Dicky eks Drummer Five Minutes merekrut mereka untuk jadi talent binaan bagi Ruang Kreasi Studious, sebuah wadah yang didirikan untuk anak bangsa, guna berkreativitas dalam melahirkan karya. Ruang Kreasi Studious resmi meluncurkan Story of Lea pada Minggu, 14 Februari 2021 di kanal YouTube ruangkreasi tv.
Raia salah seorang personal Story of Lea yang tinggal di Bandung, saat kami wawancarai melalui akun Whatsapp-nya pada Minggu (14/2/2021) mengatakan, “Personil grup musik Story of Lea ada dua orang. Saya di vokal dan gitar, Zhia di bass. Kami mengusung genre musik pop berkonsep akustik vintage. Kami siap dibina Ruang Kreasi Studious karena visi dan misi kami sama. Pergerakan, cara, dan langkah kami satu pemikiran untuk mewujudkan cita-cita.”
Raia juga mengatakan ekspektasi Story of Lea bergabung dengan Ruang Kreasi Studious untuk mengaplikasikan dan merealisasikan karya-karya Story of Lea dalam bentuk digital dan konvensional, juga untuk mempromosikannya agar lebih dikenal oleh penikmat musik di Tanah Air. Story of Lea optimis memperkuat karakter dalam memperkenalkan konsep musik yang mereka usung, dengan mengikuti sistem dan program kerja dari Ruang Kreasi Studious.
Pada kesempatan yang sama, Dicky, salah seorang pendiri Ruang Kreasi Studious mengatakan ketertarikannya pada Story of Lea karena materi lagu dan konsep musik yang mereka usung, pop akustik vintage, karena tidak terlalu sulit untuk mengemasnya menjadi suatu produk. Selain itu, Story of Lea punya banyak perbendaharaan lagu, mereka punya attitude yang baik.
Dicky juga mengatakan, dari segi konsep musik, Story of Lea tidak akan banyak diubah oleh Ruang Kreasi Studious, hanya penampilan mereka yang akan lebih disesuaikan dengan konsep musik mereka.
“Konsep musik akustik juga sangat digilai oleh penikmat musik di Indonesia di tengah ramainya genre dan konsep musik lainnya pada saat ini, tapi masih sedikit band di Indonesia yang mengusung format akustikan. Inilah yang membuat saya yakin Story of Lea bisa mendapatkan tempat di khasanah musik Tanah Air, dengan memperdengarkan lagu mereka ke semua kalangan. Story of Lea sengaja kami luncurkan pada 14 Februari, karena lirik dan konsep musiknya, membuat saya berpikir untuk tidak melewatkan momentum di saat orang-orang merayakan hari kasih sayang,” kata Dicky.
Selain itu Dicky juga mengatakan, Ruang Kreasi Studious akan meluncurkan Story of Lea bersamaaan dengan rilisnya lagu terbaru Story of Lea yang berjudul Di Antara Dia.
“Sebenarnya kami sudah merencanakan sebuah acara peluncuran Story of Lea dan lagu terbaru mereka pada salah satu venue di Bandung. Tapi karena kondisi saat ini tidak memungkinkan, maka kami memutuskan peluncuran Story of Lea dilakukan pada salah satu program live streaming di kanal YouTube ruangkreasi tv, dan lagu terbaru mereka kami rilis pada digital music stores,” kata Dicky.
Sementara itu Raia mengatakan, lagu Di Antara Dia ia tulis terinspirasi dari cerita-cerita yang dialami oleh banyak orang di sekitarnya, ia rangkum untuk dijadikan lirik sebuah lagu. Lagu tersebut bercerita tentang sepasang kekasih yang terlibat suatu hubungan yang didasari perasaan cinta yang tidak bisa dipaksakan. Namun, jauh sebelum hubungan dan perasaan itu lahir, sudah ada hubungan dengan hati yang lain. Pesan lagu tersebut agar kita tidak memaksakan sesuatu yang diharapkan dan diinginkan, jika hal itu akan menyakiti hati yang lain. Sebesar dan setulus apapun cinta itu, bukankah mencintai itu tidak selalu harus memiliki?
Juga pada kesempatan yang sama, Zhia mengatakan, Story of Lea berdiri pada 21 Oktober 2019 di Bandung. Berawal dari satu hobi dan misi yang sama, yang pernah direncanakan untuk band mereka sebelumnya, tetapi tidak terlaksana. Karena kesibukan masing-masing, akhirnya band tersebut bubar. Namun Raia dan Zhia tetap bersemangat untuk melanjutkan misi tersebut, dengan menerapkan konsep musik yang diusung Story of Lea pada saat ini. Background bermusik para personal Story of Lea dari lingkungan keluarga.
“Story berarti cerita, semua lirik lagu karya Story of Lea berasal dari kisah nyata yang pernah dialami oleh banyak orang. Lea bila diartikan secara numerik angkanya berjumlah 18, artinya ekspresi kreatif, menurut studi numerologi. Berdasarkan itu, akhirnya kami memutuskan untuk memberi nama band kami Story of Lea. Sasaran bermusik kami tujukan untuk seluruh lapisan masyarakat, baik remaja, maupun dewasa, semoga lirik lagu dan alunan musik yang kami sajikan dapat mewakili perasaan semua orang,” kata Zhia.
Story of Lea sudah mempunyai add player sendiri, sehingga tidak menjadi kendala bagi Ruang Kreasi Studious untuk mengemas keperluan live perform mereka. Kebiasaan Story of Lea saat tampil dipanggung yang juga menampilkan lagu-lagu tradisi Sunda, menurut Dicky itu sesuatu yang luar biasa, karena jarang dilakukan oleh para musisi milenial, khususnya di Jawa Barat. Dicky tidak menutup kemungkinan di kemudian hari Ruang Kreasi Studious meriliskan Story of Lea dengan lagu Sundanya.
Zhia mengatakan, “Menyajikan karya musik yang diadopsi dari tradisi dan budaya akan menjadikannya sesuatu yang berbeda, bisa dianggap sebagai sebuah kreativitas, dan bentuk kebanggaan dan apresiasi kami pada seni budaya tanah kelahiran kami, Sunda.”
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)