Rumah Cuklik Jadi Pusat Pengabdian Agun Sebagai Politisi Golkar dan Kader SOKSI

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Agun Gunandjar Sudarsa mengaku, Rumah Cuklik di Gang Salawi, Desa Ciburayut, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor menjadi pusat pengabdian dia sebagai politisi maupun kader Partai Golkar dan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).

Bahkan Agun menyebut Rumah Cuklik merupakan tempat belajar, piknik, ibadah dan berpolitik dirinya baik sebagai politikus Partai Golkar maupun saat ini selaku Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (Depinas) SOKSI 2020-2025 pimpinan Ahmadi Noor Supit.

Ketika di dunia politik, ungkap Agun yang sudah enam kali berturut-turut mendapat kepercayaan sebagai wakil rakyat Jawa Barat di DPR RI, dirinya harus memberikan kemanfaatan atas segala apa yang diberikan. Hal itu tentunya diawali dengan kepada siapa itu harus diberikan pertama kali.

Yang pasti, ceritera Agun kepada Beritalima.com baru-baru ini, pertama kemanfatan itu diberikan kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu. “Berikutnya, saya harus juga menjadi orang yang bersyukur, berterima kasih. Karena itu, dilarang sekali-kali kita memutus hubungan silaturahmi dengan guru, dengan lingkungan, termasuk organisasi yang membesarkan dari saya,” kata dia.

Nah, di dunia politik bagaimanapun Agun bisa seperti ini karena Partai Golkar. Karena itu, bagaimanapun kondisi Rumah Golkar, ya dengan segala dinamika yang ada itu, saya tetap tidak akan pernah ada pikiran bergeser.
“Dalam kondisi apa pun, diberi iming-iming, jabatan, posisi apa pun, kalau bukan dari Partai Golkar, ya tidak. Saya tetap kader Golkar yang juga kader SOKSI.”

Diceriterakan, ketertarikan Agun terhadap SOKSI dimulai dari mengikuti salah satu nara sumber di kegiatan Pendidikan Politik Kader Bangsa (P2KB) SOKSI. Awalnya, saya hanya ikut duduk bersama dia di belakang pada kegiatan P2KB tersebut. Tak lama kemudian, yang bersangkutan tampil di depan menjadi berbicara.

Sampai akhirnya, ceritera Agun, saya datang ke nara sumber itu sendirian, bagaimana para pemimpin pada waktu itu memberikan materi-materi tentang pendidikan politik kepada anak bangsa.

“Semakin lama, saya bertambah tertarik. Saya melihat pendidikan politik kader bangsa yang dilakukan SOKSI itu berbeda dengan pendidikan, pelatihan yang pernah saya ikuti di organisasi kemahasiswaan, kepemudaan, perkumpulan lain.”

Saya melihat, kata pria kelahiran Bandung, 13 Nopember 1959 tersebut, ternyata yang diberikan di sana itu bagaimana seseorang itu memiliki pemahaman wawasan kebangsaan yang utuh dan komprehensif.

Indonesia ini adalah sebuah negara yang dibangun atas dasar perjuangan. “Semuanya itu dilandaskan kepada ideologi negara Pancasila. Jadi, penguatan tentang ideologi Pancasila di SOKSI itu luar biasa.”

Agun muda juga mengingat dan dibuat kagum oleh pendetoksi Profesor Suhardiman dalam setiap ceramahnya. Pak Suhardiman yang juga politisi senior Partai Golkar, kata Agun, sudah mampu memprediksi masa depan, gambaran, fenomena di depan yang bisa dijelaskan kepada kader SOKSI.

“Disamping kita diajari pemahaman sebagai seorang kader bangsa tentang negara bangsanya dengan ideologi Pancasilanya. Sebagai bangsa yang beragam dan berbeda, kita harus menjaga serta mempertahankan ideologi,” terang Agun.

Soalnya, kata anggota Komisi XI karena dari perbedaan itu potensi disintegrasi bangsa besar, belum lagi berbagai kepentingan politik ideologi lain, pasti akan merambah ke berbagai negara. Kita akan masuk pada sebuah yang kita juga harus mempunyai kecerdasan, kemampuan serta mengantisipasi.

Pak Suhardiman sudah utarakan itu. Ke depan semacam globalisasi hari ini kita ramaikan. “Teknologi informasi, beliau sudah bayangkan dari sejak awal sudah saya dapatkan termasuk pikiran-pikiran itu yang pada akhirnya saya melihat kembali pada diri saya ini siapa.” kata dia.

Kalau saya ini manusia, lanjut Agun, yang pada akhirnya saya mengatakan tentang prinsip hidup lima jari. Dan, itu yang saya lakukan sampai saat ini. Saya kolaborasikan dengan pemikiran-pemikiran Pak Suhardiman. Sampai akhirnya ya sesuatu yang tidak mungkin itu ternyata bisa ada.

Substansinya, kata Agun, wawasan kebangsaan yang selama ini diberikan pendidikan politik kader bangsa SOKSI. Dari toleransi, kolaborasi, dan konsistensi, itu sebetulnya garis prinsip yang sudah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa tentang diri. Substansinya adalah wawasan kebangsaan yang selama ini diberikan P2KB. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait