beritalima.com – Begitu besar pengorbanan Ibu terhadap seorang anak, yang mengandung selama sembilan bulan lamanya. Menjaga anaknya dalam rahimnya dan selama sembilan bulan membawa kandungannnya. Hingga akhirnya aku bisa melihat indahnya dunia ini .Dengan bersusah payah Ibu mengeluarkan aku dari rahimnya. Berkeringat dingin hingga menahan rasa sakit yang tak terhingga, tetapi Ibu tidak pernah merasa menyesal telah mengandungku dan melahirkanku. Semua itu Ibu anggap sebagai nikmat dan karunia dari Tuhan.
Sosok itu ialah Ibuku. Ibuku bernama Sulis. Bagiku wanita berdarah Jawa ini seperti bidadari namun tidak bersayap. Setelah Ibu melahirkan aku, Ibu merawat dengan penuh kasih sayang, Walaupun sewaktu bayi aku hanya bisa menangis tetapi Ibu selalu sabar dalam menghadapi aku. Siap siaga untuk selalu menjaga dan mengawasi aku, mulai dari memastikan aku agar selalu baik-baik saja dan mengawasi setiap nutrisi yang masuk ke dalam tubuhku. Dengan sabarnya Ibu mengajari aku dari mulai hanya bisa tengkurap, merangkak hingga aku bisa berjalan. Semua itu Ibu lakukan hanya untuk aku.
Setelah aku dirawatnya hingga menjadi anak yang sudah bisa berbicara dan bisa membedakan yang baik dan yang mana yang buruk, Ibu tetap mencurahkan kasih sayangnya kepada aku dan selalu memberikan yang terbaik untuk aku. Walaupun aku pernah membuatnya kesal dengan perbuatan yang salah, namun Ibu tetap menyayangiku dan menasihati aku dengan kata-kata yang sedih hingga aku belajar dari kesalahan dan tidak ingin mengulanginya lagi.
Terlepas dari itu semua ibu sebagai orang tua selalu bekerja keras untuk mencari nafkah. Selain menjadi Ibu juga menjadi kepala keluarga karena Ayah terlebih dahulu kembali ke pangkuan Sang Ilahi. Ibu bekerja mulai dari bergabung di Partai PDIP, berkecimpung dalam bisnis makanan dan usaha dalam bidang property. Itu semua Ibu lakukan hanya untuk sang buah hati yang di cintai.
Banyak cerita antara aku dan ibu, berbagai masalah mulai dari kecil hinggal besar dijalani bersama, sampai Ayahku di jemput sang ilahi Ibu yang menguatkanku Ibu yang mengajariku untuk ikhlas, menerima dan terus mendoakan Ayah. Aku yakin Ibu jauh lebih sedih dari aku, Ibu jauh lebih berat di tinggalkan Ayah namun Ibu tidak memperlihatkan rasa itu ke kepada aku Ibu jauh lebih kuat dari aku. Walaupun dari raut wajah ibu terlihat berat namun tetap tersenyum.
Aku tau Ibu masih butuh sosok pendamping, walau sebanarnya aku belum bisa menerima sosok Ayah baru, tapi dengan melihat Ibu aku mencoba menerima. Aku yakin dengan caraku yang menerima sosok Ayah baru bisa meringankan beban Ibu dan sosok itu bisa menjaga Ibu, aku dan kedua adiku
Aku yakin pengorbananmu tidak bisa dibalas dengan apapun, tidak ternilai berapa besarnya, maafkan aku Ibu yang hanya bisa berdoa agar ibu selalu diberikan kesehatan serta umur yang panjang agar bisa membahagiakan Ibu dan kelak berada di surga sebagai balasan atas pengorbanan dan perjuangan Ibu selama ini.
Desi Kurnia Damayanti
Politeknik Negeri Jakarta