Saksi Bisu di Pusara Akhir

  • Whatsapp

COVID-19 telah banyak merubah dinamika masyarakat Indonesia, terutama DKI Jakarta. Sejak diumumkannya kasus pertama oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 lalu. Pemerintah mulai melancarkan berbagai pergerakan dan usaha demi mengendalikan pandemi.

Dan, 2 Maret 2020 telah berlalu. Virus COVID-19 masih merebak dan terus merenggut nyawa masyarakat Indonesia. Berlatar belakang sebagai mahasiswa Jurnalistik di salah satu perguruan tinggi negeri di Depok, Jawa Barat. Tepatnya pada 16 Maret 2021, saya memutuskan menjadi seorang freelancer jurnalis foto untuk sebuah agensi. Banyak hal dan peristiwa yang mulai membuka mata saya, bahwa ibu pertiwi sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari konflik antarkelompok hingga prosesi pemakaman khusus bagi korban COVID-19. Meliput pemakaman khusus COVID-19 adalah yang terberat, butuh keyakinan panjang dan usaha yang besar bagi saya untuk memulainya.

Berulang kali diri ini menolak, hingga akhirnya pada 16 Maret 2021 menjadi hari kali pertama saya meliput pemakaman bagi korban COVID-19. Kurang lebih 2 jam perjalanan atau sekitar 23 KM dari kediaman untuk menuju lokasi liputan. Sesampainya di lokasi, ratusan nisan kayu telah berdiri tegap, menandakan sudah ada ratusan korban COVID-19 yang telah dimakamkan di sana. Pemandangan yang menyedihkan, dan hal itu kembali terulang saat mulai dibukanya pemakaman umum khusus COVID-19 Rorotan di Cilincing, Jakarta Utara pada Jumat, 26 Maret 2021 lalu. Sejak awal pengoperasian, lahan seluas 3 hektar tersebut, masih diisi oleh belasan liang lahat.
Namun, semenjak melonjaknya kasus COVID-19 di Jakarta pada Juni 2021, aktivitas pemakaman di TPU Rorotan mengalami peningkatan. Jumlah petak makam semakin terisi dalam kurun waktu yang singkat. Belasan jenazah yang mulanya diantar ke tempat peristirahatan terakhir, sejak Juni meningkat hingga puluhan jenazah. Sesekali, saat tidak ada antrean jenazah, para petugas makam beristirahat di samping pusara sembari bertukar cerita untuk melepas penat.

“Paling banyak kita itu sampai 78 jenazah per harinya,” ujar salah satu petugas pemakaman TPU Rorotan yang enggan disebutkan namanya. Jumlah tersebut semakin bertambah hari demi hari seiring terus melonjaknya kasus harian COVID-19 di Jakarta.
Rana yang saya bawa, telah banyak merekam potret air mata yang menetes di lahan tersebut. Iringan mobil ambulans tiada hentinya memasuki area pemakaman. Satu hingga lima mobil ambulans datang setiap 10-20 menit sekali. Membawa satu dan terkadang tiga peti sekaligus. Batas aman bagi para peziarah atau keluarga semakin mengarah ke luar. Duka tumpah secara bergiliran, adzan berkumandang dengan nada patah-patah disela isak tangis yang tak kuasa tertahan oleh keluarga korban. Momen-momen memilukan tersebut berlalu begitu cepat, mulai dari matahari terbit hingga tenggelam.

7.200 petak makam yang telah disiapkan oleh pemerintah, semoga tidak terisi penuh. (FA)

Fazjri Abdillah
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (Jurnalistik)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait