Oleh : H. Asmu’i Syarkowi
Masjid yang satu ini—setidaknya menurut saya–sangat luar biasa. Masjid di tengah kota kecil–di salah satu kabupaten Jawa Timur ini–sekilas memang tidak berbeda dengan masjid yang lain. Bahkan, dari segi kemewahan masjid berlantai dua ini sama sekali tidak mengesankan sebagai masjid mewah. Bangunan fisik dan sarana yang ada terkesan relatif sederhana. Akan tetapi, di balik kesedarhanaan ini kita dapat melihat kebersihan dan kenyamanan fasilitas penunjang yang sedikit lebih dibanding masjid-masjid sekelas yang lain. Tempat wudu dan toilet terlihat bersih. Apabila kebetulan anda haus dan ngebet ngopi, di sudut luar masjid sudah tersedia pirantinya. Akan tetapi, bukan itu yang ingin kita angkat di sini.
Di era pendemi ini, masjid ini terasa sangat berbeda dibanding masjid-masjid yang pernah saya ziarahi. Sejak covid-19 mengganas di negeri kita masjid ini sangat concern terhadap segenap himbauan resmi pemerintah atau pihak yang berwenang.
Di Masjid ini penarapan 3 M ( mencuci tangan, memakai masker, dan manjaga jarak) terlihat ketat. Apabila anda masuk lingkungan masjid mau salat, terutama hari Jumat, sebelum masuk halaman anda akan bertemu dengan semacam satpam, memperhatikan anda bermasker atau tidak. Serelah masuk halaman anda akan disarankan agar mencuci tangan. Setelah mencuci tangan dan anda akan masuk ruang masjid, apabila anda masih belum juga mengenakan masker, ‘jamaah tetap’ yang ada akan menegur sedikit keras, agar anda mengenakan masker. Setelah iqamat dikumandangkan tempat anda harus berdiripun sudah diberi tanda. Apabila terpaksa anda lupa atau belum tahu sehingga anda tidak berdiri sesuai kebijakan takmir, anda akan diingatkan atau diberitahu posisi yang seharusnya anda berdiri. Oleh karena itu, jangan heran bentuk saf ketika salat berjamaah terlihat jarang tetapi dengan jarak yang konsisten.
Semula saya mengira, bahwa yang saya lihat itu hanya terjadi secara kebetulan. Tetapi, ternyata tidak. Lebih tiga kali saya salat di sana dengan interval waktu secara acak, kebijakan takmir dan kekompakan jamaah ternyata tidak pernah berubah. Protokol kesehatan, tampakanya diterapkan secara konsisten. Dalam hati saya bergumam, andaikan semua orang di muka bumi ini dapat secara konsisten berperilaku seperti jamaah yang ada, mungkin virus asal Wuhan ini tidak sampai menyebar ke seantero dunia.
Persoalannya, menanamkan disiplin ini ternyata memang tidak mudah. Banyak orang abai terhadap protokol kesehatan hanya karena dua hal. Pertama, karena verus itu tidak kasat mata. Kedua, karena orang tersebut tidak pernah terserang atau keluarganya meninggal karena positif covid-19. Pada saat yang sama terdapat pula oknum yang bertindak sebagai provokator.
Ironisnya, kadang-kadang dia justru salah seorang tokoh agama setempat. Ketika pihak yang berwenang membuat regulasi, bukan hanya tidak mau mengikuti tetapi justru memprovokasi jamaah mengadakan semacam perlawanan. Ironisnya, perlawanan itu sering hanya dengan modal ilmu sepotong yang pasti tidak memadai. Maksud ilmu yang tidak memadai itu bukan karena tidak bisa membaca al Qur’an dan al Hadits atau buku-buku berbahasa Arab. Tetapi, kekurang faham bahwa ilmu yang dia kuasai adalah hanya sekelumit ilmu yang diberikan Tuhan tanpa ada kesadaran bahwa masih ada berjuta laksa ilmu Tuhan yang belum dia ketahui. Sebagian ilmu yang yang belum dia kuasasi itu adalah ilmu Tuhan berkaitan dengan kesehatan dan segala tetek bengeknya. Dia hanya tahu, salat jamaah di masjid hukumnya wajib, jumatan wajib, saf harus rapat, memakmurkan masjid adalah keniscayaan. Dia tidak sadar, bahwa ada prinsip-prinsip lain agama yang harus ditegakkan. Prinsip-prinsip itu antara lain, prinsip agama itu mudah, prinsip menghindari agar kerusakan tidak terjadi harus diutamakan, prinsip memilih salah satu dari dua hal yang sama-sama mengandung kemudaratan dengan memilih yang lebih kecil risikonya adalah keniscayaan. Oleh karena itu, ketika jamaah atau rakyat kecil ‘kemendel’ dengan wabah covid-19 yang telah merenggut jiwa secara tidak pandang bulu, kita memang tidak heran. Dalam masyarakat yang peternalistik, perilaku figur lokal tersebut tampaknya sangat berpengaruh.
Selama ini keberaadaan covid telah merenggut jutaan nyawa. Bahkan di antaranya adalah orang-orang penting. Puluhan tokoh agama yang masih hidup juga telah menjadi saksi hidup ‘kebengalan covid-19’ karena pernah terjangkit. Sehingga, menjadi sebuah konsensus yang tidak terbantahkan, bahwa covid-19 memang nyata adanya. Para tokoh agama ini perlu terus menyuarakan kepada umatnya agar selalu care dengan kesehatan. Para tokoh elit umat baik secara organisatoris maupun secara personal, dengan dukungan nyata pemegang otoritas setempat, perlu menegur atau memberikan pencerahan kepada para oknum ustad bengal di bawah agar kebengalannya tidak menyebar lebih cepat ketimbang penyebaran virus yang sesungguhnya. Tanpa langkah-langkah nyata, di antaranya seperti yang penulis paparkan, ikhtiyar mengenyahkan covid-19 tidak akan bisa maksimal. Ketika covid-19 bisa hilang hanya dengan ikhtiyar maksimal, maka ikhtiyar maksimal itu sejatinya hukumnya juga wajib (mala yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajibun). Wallau a’lam.
BIODATA PENULIS
Nama : Drs.H. ASMU’I SYARKOWI, M.H.
Tempat & Tgl Lahir : Banyuwangi, 15 Oktober 1962
NIP : 19621015 19910301 1 001
Pangkat, gol./ruang : Pembina Utama Madya, IV/d
Pendidikan :
1. SD Negeri Sumberejo, 1975
2. MTs Negeri Srono, 1979
3. PGA Negeri Situbondo, 1982
4. Pondok Pesantren Misbahul Ulum Situbondo ( 1979-1982 )
5. Sarjana Muda Fak. Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1986
6. Sarjana Lengkap (S-1) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1988
7. S-2 Ilmu Hukum Fak Hukum UMI Makassar 2001
Hobby : Pemerhati masalah-masalah hukum, pendidikan, dan seni.
Pengalaman Tugas :
Hakim Pengadilan Agama Atambua 1997-2001
Wakil Ketua Pengadilan Agama Waingapu 2001-2004
Ketua Pengadilan Agama Waingapu 2004-2007
Hakim Pengadilan Agama Jember Klas I A 2008-2011
Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi Klas IA 2011-2016
Sekarang :
Hakim Pengadilan Agama Lumajang Klas I A, sejak Januari 2016
Alamat : Pandan, Kembiritan, Genteng, Banyuwangi
Alamat e-Mail : asmui.15@gmail.com