TRENGGALEK, beritalima. com
Terkait bentrok antar dua perguruan silat yaitu Pagar Nusa (PN) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) ‘Kera Sakti’ beberapa waktu lalu di wilayah Kecamatan Gandusari dan Kampak, membuat prihatin berbagai pihak. Salah satunya Ketua DPRD Kabupaten Trenggalek, H Samsul Anam yang selama ini selalu mendorong dan mendukung perkembangan pencak silat sebagai warisan budaya asli Indonesia. Sebagai wakil rakyat, Samsul selalu memberi ruang bagi tumbuh kembangnya kreatifitas yang berasal dari budaya masyarakat. Ketua Dewan tersebut bahkan ingin perguruan pencak silat bisa dan ada di setiap desa sehingga menjadi alat pemersatu antar elemen masyarakat, bukan malah untuk saling bermusuhan serta membuat kesenjangan antar perguruan.
Menurutnya, jika disetujui dia mengusulkan agar pelajaran bela diri ini bisa menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di sekolah, sehingga pelajar memiliki ilmu positif karena teredukasi secara masiv dan terukur sehingga tidak lagi digunakan sebagai sarana permusuhan ataupun perpecahan.
“Pencak silat merupakan warisan budaya asli leluhur Nusantara, keunikan-keunikan dari gerak jurusnya merupakan perpaduan dari olahraga dan bela diri maka dari itu harus dikembangkan.
Kalau pencak silat dikembangkan di semua level baik ditingkat pengurus kabupaten, kemudian ke kecamatan, lalu ke desa-desa, maka ini kegunaannya akan luar biasa. Kegunaan dalam arti menyatukan masyarakat lewat budaya, kegunaan untuk bela diri dan bela negara, juga untuk kesehatan, karena sesungguhnya pancak silat ini merupakan wadah edukasi dan silaturahmi yang efekti,” ungkapnya usai mediasi antar perguruan Pencak Silat Pagar Nusa dan IKSPI Kera Sakti di Mapolres Trenggalek, Kamis, (23/8).
Lebih lanjut menurut Samsul, jika pencak silat dikembangkan ditiap-tiap desa, maka bisa menjadi sarana pelestarian budaya, sebagai alat bela diri, mempertahankan keutuhan bangsa bahkan bisa untuk meraih prestasi ketika memang ada kemauan serta keseriusan semua pihak.
Ketua Dewan yang asli dari Kecamatan Pogalan tersebut mengatakan, sebenarnya pencak silat yang berkembang di Trenggalek itu unik dan menarik. Karena pencak silatnya lebih menonjolkan pada keindahan gerak, kelenturan dan dinamisasi bersama alat musik pengiring yang merupakan ciri khas tradisional Jawa Timur dikolaborasikan dengan budaya Jawa Tengah, seperti kendang, tarompet, gong, dan kecrek.
“Pencak silat ini harus dipelihara karena dasarnya adalah warisan budaya, kemudian dimasukan dalam wadah organisasi bernama IPSI itu agar tidak liar dan untuk pembinaan dibidang olah raganya. Dan kenapa pencak silat ada di Trenggalek, karena pencak silat di Trenggalek perkembangannya pesat serta berakar kuat,” imbuhnya.
Politisi PKB inipun berharap, pencak silat terus dilestarikan karena banyak hal positif yang bisa dikembangkan. Untuk itulah, menurutnya, pencak silat harus disalurkan dan didukung melalui program pendidikan, sehingga bisa menjadi kurikulum pelajaran mulai dari SD, SMP, hingga SMA.
“Guna mencegah budaya tawuran yang berkelanjutan antar perguruan pencak silat, sangat mungkin jika alternatif pencak silat dimasukan menjadi salah satu usulan dalam materi kurikulum pendidikan kita, sehingga secara terstruktur pihak sekolah akan memberikan edukasi mulai dini terkait substansi dari keberadaan silat itu sendiri,” pungkas anggota DPRD dari Daerah Pemilihan I tersebut. (HeR)