SURABAYA, beritalima.com|
Salah satu kegemaran dan kebahagiaan yang dirasakan secara mendalam oleh anggota DPRD provinsi Jatim Hj Lilik Hendarwati adalah berbagi dengan anak-anak Yatim dan kaum Dhuafa. Kegiatan tersebut rutin dilakukan, karena bagi bendahara DPW PKS Jatim ini merupakan momen yang terindah yang memberikan nuansa kebahagiaan yang paling mendalam.
Setelah Pandemi Covid-19, anak-anak Yatim diajak anggota komisi C DPRD provinsi Jatim ini mengunjungi kebon Binatang Surabaya. Sebelum memasuki area Kebon Binatang, Lilik membagikan amplop untuk anak-anak Yatim.
“Saya paling senang bertemu dan berbagi dengan anak-anak Yatim dan kaum Dhuafa. Mereka adalah bagian yang terindah dalam hidup saya. Saya sering mendengar mereka bercerita tentang cita-citanya, tentang keinginannya kelak ketika mereka sudah dewasa. Mereka ini anak-anak masa depan bangsa. Kita tidak tahu, kelak akan jadi apa mereka. Tugas kita adalah memberikan mereka bekal, menuntun dan mendoakan, agar kelak mereka bisa mewujudkan impian dan cita-citanya,” terangnya.
Lilik menuturkan, ada beberapa rumah Yatim yang sering menjadi jujugan ketika Lilik tidak memiliki tugas ataupun disaat ada waktu senggang. Berkumpul dan bergembira bersama mereka merupakan momen yang paling indah.
Setelah membagikan amplop untuk anak-anak Yatim, Lilik yang sedari tadi menerima panggilan telepon dari sang suami, diabaikannya.
” Mohon maaf ya, saya tidak bisa mengantar sampai ke dalam Kebon Binatang. Saya mau menghadiri acara teman, sudah terlanjur janji dengan suami. Selamat bersenang-senang ya semuanya,” pamitnya.
Usai melaksanakan tugas tersebut, Lilik sesegera mungkin meluncur pulang bersama sang sopir. Setiba di depan masjid Al-Falah, iseng Lilik memeriksa tas nya. Alangkah terkejutnya dia.
“Astaghfirullah, pak Bambang balik, balik ke Kebon Binatang. Aku salah ambil amplopnya. Yang tak berikan tadi ternyata amplop kosong. Amplop yang ada uangnya tak taruh di dalam tas, lha yang tak bagikan tadi sisa dari amplop yang berisi uang,” ujarnya gusar.
Mobil segera putar balik, kembali ke pelataran Kebon Binatang yang super macet karena momen hari libur suasana Kebon Binatang selalu penuh sesak dengan para pengunjung, terutama wisatawan dari luar daerah.
Begitu mobil berhenti, Lilik segera melompat, mengejar anak-anak Yatim yang antri dan sudah hampir masuk ke gerbang utama Kebon Binatang. Lilik segera memberikan kembali amplop kepada anak-anak Yatim tersebut, setelah meminta maaf dan mengatakan bahwa amplop pertama yang diberikan tadi adalah amplop kosong.
Lilik tersenyum lega saat menyaksikan rombongan anak-anak Yatim akhirnya masuk kedalam area Kebon Binatang.
Sesaat kemudian Lilik tersadar. Dia tidak membawa handphone, tidak membawa uang. Dia mencoba mencari-cari, barangkali menemukan seseorang yang dikenalnya. Ternyata tidak ada satupun yang mengenalnya, dan juga dia tidak mengenal siapapun di tempat itu.
“Ya Allaaaah,” Lilik mulai gelisah. Dia teringat beberapa kali suaminya menelpon, tapi dirijek. Mungkin ini sebagian dari dosanya karena tidak mengindahkan panggilan suaminya. Lilik memang punya rencana bersama suami untuk menghadiri sebuah undangan. Tapi Lilik sudah terlanjur memiliki rencana kerja bersama para tim. Karena itu, Lilik harus mengutamakan tugasnya. Ternyata waktunya justru hilang karena kelalaiannya.
Lilik mencoba berkeliling seraya pandangannya kemana-mana. Seharian, dari pagi sebelum jam 6 tadi, Lilik sudah hunting, melaksanakan tugas-tugasnya melayani masyarakat.
Lelah berputar-putar, Lilik melangkah ke pelataran dimana tadi dirinya turun. Lama menunggu, Alhamdulillah akhirnya sang sopir menemukan dirinya.
“Alhamdulillah,” tukasnya.
Lilik menghela nafas lega. Tak pernah terpikirkan dirinya seperti melakukan adegan drama. Bagaimana mungkin seorang anggota legislatif ilang di Kebon Binatang? (Yul)