TRENGGALEK, beritalima.com –
Sosialisasikan gerakan Cegah Perkawinan Anak (CEPAK) dan peningkatan kapasitas Pondok Pesantren ramah anak, Novita Hardini, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek menyasar para santri khususnya santriwati. Santri-santri wanita milenial tersebut, diajak untuk bisa menjadi pejuang masa kini. Salah satunya dengan menjadi agen perubahan sekaligus mengajak teman sebaya menjadi generasi harapan Kabupaten Trenggalek.
Mengingat, angka perkawinan usia anak menjadi salah satu alasan Master Of Economic UIN Satu itu berupaya menggerakkan semua lini yang ada untuk bisa menjaga generasi penerus, menjadi generasi berkualitas.
Menurut Novita, hamil diusia muda sangatlah beresiko. Karena selain belum matang dan beresiko anak cacat atau stanting karena rahim anak belum kuat. Pernikahan diusia belum matang akan membebani orang tua dan cenderung menciptakan kemiskinan baru. Hal inilah yang mejadikan alasan kenapa Ketua Tim Penggerak PKK itu getol memerangi perkawinan anak.
“Menikah itu tidak hanya modal cinta, perlu dibarengi ilmu dan pengetahuan cukup. Alasannya karena menikah itu tujuannya mencari berkah. Maka dari itu menikah itu perli dibarengi pengetahuan dan bekal yang cukup, sehingga dapat mencapai tujuan yang di inginkan keluarga yang berkah dan sejahtera,” ucap Founders UPRINTIS Indonesia itu.
Istri Bupati Trenggalek ini pun, mengajak santri tidak hanya belajar mengaji Al Qur’an melainkan juga mau tentang kehidupan. “Ada tanggung jawab kita mengajak teman sebaya kita menjadi generasi harapan Kabupaten Trenggalek. Aktifkan lingkungan kita menjadi lingkungan yang sehat,” sambungnya.
Tugas generasi muda sekarang, imbuh Novita, tidak hanya dalam lingkup keluarga melainkan juga berjuang untuk lingkungan serta lingkup Trenggalek. “Maka, mari kita ajak seluruh elemen termasuk para santri agar menjadi pejuang pejuang masa kini,” ujar dia.
Ketua TP PKK Trenggalek ini berharap, kedepan di seluruh kecamatan bisa dibuka ruang-ruang diskusi generasi muda. Sehingga komunikasi tidak hanya pada situasi resmi saja tapi bisa dilakukan sewaktu waktu walaupun di ruang terbuka.
“Diharapkan, dengan adanya vasilitasi ruang diskusi mereka berani bersuara. Terus, generasi muda juga mampu menjadi agen perubahan melalui pemanfatan dunia digital,” pungkasnya. (her)