Satu Hektar Berhias Tanaman Hortikultura

  • Whatsapp

Sore itu, Jumat (27/11/2020) sekira pukul 16.50 Wita, mendung gelap tampak menyelemuti Kota Kupang. Sejam sebelumnya, hujan baru saja mengguyur sebagian wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Ketika pulang dari tempat kerja, saya melintasi jalan Kejora, kelurahan Oepoi. Sekitar 100 meter sisi kanan jalan dari Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara, mata dimanjakan dengan keindahan tanaman cabe, melon, pepaya serta aneka tanaman hortikultura berbaris rapi.

Beberapa tenaga kerja pun terlihat sedang memberishkan rumput di sekitar tanaman cabe itu. Sementara di pinggir jalan terlihat beberapa orang sedang membeli buah melon.

Setiap musim hujan, biasanya lahan sawah itu diolah hanya untuk tanaman padi dan jagung. Namun pada musim hujan tahun ini, lahan seluas sehektare yang berlokasi di Kelurahan Oepoi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, dialihfungsikan untuk tanaman hortikultura.

Budidaya hortikultura ini, adalah merupakan ide cemerlang dari Ari Catur Priyanto, bersama beberapa Pendeta dari Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) yang bergabung dalam komunitas pendea tani (Kompas Tani).

Budidaya hortikultura ini adalah merupakan misi pelayanan Ari Catur, bersama para pendeta Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) untuk memberikan motivasi dan supervisi para petani.

Sektor pertanian adalah salah sektor yang mampu bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19.

“Sektor pertanian yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, sehingga sektor ini masih dibutuhkan dan berproduksi,” kata Ari Catur Apriyanto, Ketua Kelompok Kolorai saat berbincang bersama beritalima.com di Pondok Serderhana di Kebunnya.

Pada April 2020, Ari bersama delapan tenaga kerjanya memulai usaha budidaya hortikultura, yaitu tanaman jagung dan kacang ijo.

Setelah memanen jagung dan kacang ijo, lahan tidak dibiarkan begitu saja kosong. Sebelah selatan sebagian lahan kurang lebih 750 meter persegi kembali dimanfaatkan untuk tanaman melon sebanyak 2.000 pohon.

Tak hanya tanaman melon yang menghiasi lahan itu, juga ada ratusan pohon pepaya California dan pisang berbaris rapi di sebelah Timur. Pepaya itu ditanam dengan jarak 1,5 meter.

Sedangkan di sebelah utara sisi jalan dimanfaatkan untuk tanaman cabe sebanyak 6.000 pohon. Tanaman cabe itu diperkirakan akan dipanen pada Januari dan Februari 2021 mendatang.

“Kami atur waktu perkiraan panennya agar dapat harga terbaik. Pada bulan Januari s.d Februari, harga cabe di Kupang bagus,” ungkapnya.

Pada tanaman hortikultura itu menggunakan sistem irigasi perpipaan. Metode pengairan dengan irigasi pipa sederhana dilakukan dengan instalasi jaringan pipa dengan menggunakan paralon pada tiap bedengan.

Dibandingkan dengan penyiraman sistem semprot memerlukan jumlah air yang banyak. Sistem pengairan pipa sederhana ini lebih menghemat air.

“Dengan air yang tidak terlalu banyak tanaman bisa hidup. Karena pada dasarnya yang perlu air ini pas di tanaman, sementara selama ini air disiram begitu saja itu yang ada di mindset petani,” ujarnya.

Menurut Ari, hasil panen pertama buah melon dipasarkan di tempat, Hypermart dan beberapa pasar tradisioal di Kota Kupang.

“Buah melon ini ada tiga jenis, yakni melon kulit kuning, kulit hijau isinya oranye dan melon putih. Untuk melon yang kulit hijau isinya oranye dan melon kulitnya kuning, kita jual seharga harga Rp20.000/kg. Sedangkan melon putih Rp15.000/kg”, kata Ari.

Sesuai hasil hitungan, setelah dikurangi biaya modal, pendapatan khusus melon mencapai Rp30 juta.

Penghasilan dari usaha thortikultura ini akan dikembalikan ke kelompok tani dalam bentuk bantuan pupuk dan benih.

“Memang tempat ini bukan sekedar profit orientet, tapi berikan contoh agar petani bisa belajar banyak di sini mengenai pertanian,” ungkapnya.

Di Nusa Tenggara Timur, sangat cocok untuk budidaya tanaman melon. Budidaya melon ini termasuk baru pertama kali dilaksanakan di Kota Kupang. “Kalau di daerah lain, kami sudah lakukan”, katanya.

Pria asal Semarang yang sudah puluhan tahun berdomisili di Kupang ini, sebelum melakukan pengembangan hortikultura di kota Kupang, Ia bersama pendeta berkeliling dari kampung ke kampung untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tani tentang bagamana budidaya hortikultura yang sukses.

“Setelah tidak keliling lagi dari kampung ke kampung, kami mencoba untuk menggiat satu tempat di Kupang. Tujuannya, adalah petani bisa datang belajar di sini,” kisahnya. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait