Beberapa rentetan permasalahan bermunculan dari awal penempatan kepala sekolah di sekolah berstandar nasional itu dengan golongan ruang III/a, diantaranya tudingan adanya indikasi permainan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), penyaluran bantuan beasiswa yang diperlambat, pengutipan dana jelang penyaluran beasiswa dan pengutipan dana wali murid jelang tujuh belasan dan beberapa isu lainnya, hingga terjadi pertengkaran hebat antar guru dengan kepala sekolah terkait.
Kejadian demi kejadian membuat suasana keruh di sekolah itu, tidak hanya berpengaruh pada dua atau tiga orang saja, namun kasus tersebut berpengaruh luas hingga ke proses belajar mengajar.
Beberapa waktu lalu, terdapat beberapa guru yang mengundurkan diri sebagai tenaga didik disekolah itu tanpa diketahui sebab. Berlanjut lagi, dengan pemindahan tiga guru senior yang aktif di sekolah tersebut tanpa alasan, sebagai mana yang dilaporkan kepada wartawan, tidak ada upaya dinas pendidikan pemuda dan olahraga (Disdikpora) Aceh Utara untuk menyelidiki perkara yang membuat kondisi sekolah tidak nyaman ini.
Ironisnya, UPTD selaku unit perpanjangan tangan dinas pun ikut melepaskan diri menyelesaikan masalah ini, dengan alasan, masalah yang terjadi dengan sekolah itu langsung berhubungan dengan dinas tanpa melalui proses di UPTD.
“Sekolah bermasalah, karena kepala sekolah sewenang-wenang. Gagasan dan pendapat para guru tidak berlaku disana, bagi yang menentang akan menuaikan akibat,” kata tiga orang guru yang mengaku dipindahkan dari sekolah itu secara tidak hormat, kepada wartawan baru-baru ini.
Tiga guru ini mengkomplain, tapi tidak ada satu pihak pun hadir menyelesaikan permasalahan mereka yang sebelumnya belum mengetahui masalah apa sehingga mereka di pindahkan mendadak. Mereka mengaku di dhalimi oleh sang kasek, karena pemindahan mereka dianggap tidak wajar.
“SDN 7 kehilangan 8 guru berprestasi sejak ia menjabat kasek, hal ini belum pernah terjadi disekolah ini sebelumnya, sementara tidak ada satu pun guru yang menggantikan kekosongan itu,” jelas Mar, diamini Ais.
Asniati M. Pd kepala sekolah yang mengaku awalnya, sebagai kepala sekolah promosi jabatan mendapatkan kesempatan itu, setelah dirinya mengetahui ia akan dipromosikan di SD terpencil Langkahan, namun ternyata ia mendapatkan sekolah favorit untuk mempromosikan diri, hingga menjabat sampai hari ini.
“Sekolah ini di fitnah, karena mungkin mereka iri dengan apa yang saya raih,” tegas Asniati menjawab wartawan mengenai permasalahan yang terjadi.
“Saya mendapatkan kesempatan ini karena nasib saya dan hasil pendidikan saya, sehingga permasalahan bermunculan terjadi, semua tudingan memenuhi otak saya, kami sudah tidak nyaman dengan kondisi ini,” terang Asniati.
Soal pemindahan guru, ia menyebutkan tidak memiliki wewenang terkait hal tersebut. Guru itu merupakan reshuffle yang dilakukan langsung oleh dinas pendidikan. “Itu bukan wewenang saya, dinaslah yang melakukan pemutasian ini, soal guru saya bermasalah, ya pasti, mereka ada track rekortnya yang saya kumpulkan dalam bentuk catatan kecil kepala sekolah,” ujar Asni.
Disebut Mutasi atau Resuffle, pemindahan tugas tiga guru tersebut tidak ada penggantinya. Sementara itu di waktu yang terpisah, tanpa sengaja kepala sekolah mengatakan membutuhkan 4 guru, yang dibutuhkan mendesak untuk pelajaran agama dan olahraga.
Atas kasus ini, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Aceh Utara Saifullah, melalui Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar (Dikdas), Mawardi M. Pd mengakui mengetahui perkara tersebut sedang menerpa SDN7.
Pejabat yang acap disebut ada kedekatannya dengan pihak sekolah SDN7 itu tidak banyak komentar saat sengaja dijumpai wartawan ditempat kerjanya belum lama ini. Ia bahkan mengatakan pihak dinas masih menunggu waktu untuk menyelesaikan masalah polemik sekolah yang bersangkutan.
“Sekolah itu memang bermasalah, beberapa guru dilaporkan memiliki catatan hitam dan kepala sekolah pun bermasalah dengan kepala UPTD, sehingga kasus yang ada disekolah itu menjadi rumit,” katanya, seraya menampik adanya hubungan dengan dengan kepala sekolah.(En)