Bogor | beritalima.com — Menteri LH/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq pimpin aksi tanam pohon produktif di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sukamakmur, Kabupaten Bogor bersama Diaz Hendropriono selaku Wakil Menteri LH/Wakil Kepala BPLH menyongsong konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 30) di Belem, Brazil, 6 – 12 November 2025.
Sebagai Delegasi Republik Indonesia mengimbangi penerbangan jarak jauh dengan menempuh 16.000 km, sekaligus memperkuat ketahanan ekologi dan ekonomi masyarakat. Emisi dalam penerbangan untuk pulang pergi dapat menghasilkan 2,6 ton CO₂e per orang.
Dengan penanaman berkelanjutan, setiap pohon dewasa berkontribusi menyerap rata-rata 30–50 kg CO₂ per tahun, sehingga aksi kolektif yang konsisten akan menghadirkan penyerapan signifikan dari waktu ke waktu.
“Gerakan ini menunjukkan bahwa setiap langkah diplomasi internasional yang kita tempuh selalu diiringi dengan aksi nyata di dalam negeri. Inilah makna sejati dari Think Globally Act Locally,” jelas Menteri Hanif.
Menteri Hanif menegaskan keberangkatan Delegasi RI ke COP30 harus selalu dibarengi tanggung jawab ekologis yang nyata. Penanaman di KHDTK Sukamakmur melibatkan kementerian/lembaga, mitra pembangunan, dunia usaha, akademisi, pemerhati lingkungan, serta kelompok masyarakat setempat—memperlihatkan kolaborasi pentaheliks yang menjadi fondasi transisi menuju pembangunan rendah karbon.
“Keberhasilan agenda iklim tidak berhenti pada dokumen dan forum internasional, melainkan tercermin dari kesinambungan aksi di lapangan. Karena itu, KLH/BPLH mendorong agar penanaman pohon menjadi bagian dari setiap agenda perjalanan dinas,” tegas Menteri Hanif.
Di lokasi KHDTK Sukamakmur yang berlanskap berkontur miring, rawan erosi dan longsor, KLH/BPLH menanam Multi-Purpose Tree Species (MPTS)—alpukat, durian, mangga, dan jambu. Jenis-jenis pohon ini dapat memperkuat perlindungan tanah dan air, memperbaiki kesuburan tanah, mendukung mitigasi perubahan iklim, sekaligus membuka peluang nilai tambah ekonomi bagi warga. Karena itu, penanaman di KHDTK Sukamakmur bukan sekadar upaya menurunkan emisi, tetapi juga langkah adaptasi untuk mengurangi risiko bencana—selaras dengan target rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan hutan lestari, dan peningkatan kesejahteraan lokal.
Dengan pendekatan ini, setiap misi diplomatik juga merupakan misi lingkungan: jejak karbon perjalanan diimbangi tanggung jawab ekologis yang terukur. Ke depan, KLH/BPLH akan terus memperkuat sinergi pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat dalam membangun budaya sadar iklim—dari perubahan perilaku sehari-hari hingga kepemimpinan hijau—agar manfaatnya dirasakan lintas generasi serta mendukung reputasi Indonesia sebagai negara hutan tropis yang berkomitmen pada aksi iklim yang berkeadilan, inklusif, dan efektif.
Jurnalis : Dedy Mulyadi








