KUPANG, beritalima.com – Masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Alor (periode 2014 – 2019) Amon Djobo dan Imran Duru telah berakhir pada 17 Maret 2019. Kemudian pada hari yang sama juga, Minggu (17/3/2019), Amon Djobo dan Irman Duru yang kembali terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Alor periode kedua (periode 2019 – 2024, red) hasil Pilkada 2018, mengambil sumpah dan dilantik Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT.
Namun sebelum dilantik, Amon Djobo yang didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Alor, Hopni Bukang menyampaikan beberapa keberhasilan bersama wakilnya, Imran Duru selama memimpin kabupaten Alor periode 2014 – 2019.
Menurutnya, pada periode 2014 – 2019 , mempunyai program ‘ Gerakan Membangun Menuju Alor Mandiri ‘ dengan Spirit Tancap GAS (Gerakan Alor Sehat), yaitu dengan Tantang, Cerdas dan Prioritas.
“Tantangan pertama adalah biografi, pola pikir, sikap dan perilaku, dan sumber daya alam yang tersedia, tetapi SDMnya terbatas. Ini tantangan yang kami alami,” kata Amon Djobo kepada wartawan di Kupang, Sabtu (16/3).
Cerdas kata dia, memanfaatkan peluang, lalu menjadikan tantangan itu untuk mewujudnyatakan masyarakat Alor yang mandiri dan hidup layak. Sedangkan prioritas adalah memproriotaskan kebutuhan – kebutuhan, yakni infrastruktur, ekonomi, pengetasan kemiskinan, pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat Alor.
Dari program ‘ Gerakan Membangun Menuju Alor Mandiri (GEMA Mandiri), lanjut dia, ada empat percepatan yang kami lakukan, yakni pertama, pemantapan Infrastruktur dari kota ke desa; kedua, pembangunan eknomi yang berdaya saing; ketiga, pemantapan kelembagaan antar pemerintah swasta dan masyarakat; dan keempat, peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Dikatakan Amon Djobo, pada periode pertama kepemimpinannya, APBD kabupaten Alor berputak Rp 778 miliar di tahun 2014, kemudian tahun 2015 naik menjadi Rp 838 miliar. Selanjutnya pada tahun 2016, APBD naik menjadi Rp 1,120 triliun, dan tahun 2017 sebesar Rp 1,223 triliun. Lalu kemudian tahun 2018 turun sedikit yakni Rp 1,114 triliun. “ Hal ini terjadi karena gejolak ekonomi, dan pada tahun 2019 kami patok Rp 1,190 triliun,” kata Amon Djobo menambahkan.
Demikian juga pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah kabupaten Alor terus mengalami peningkatan. Dimana awal tahun pertama kepemimpinannya PAD mengalami kenaikan menjadi Rp 48 miliar dari sebelumnya Rp 45 miliar, kemudian di tahun 2016 juga meningkat menjadi Rp 50 miliar. Selanjutnya pada tahun 2017 tembus Rp 60 miliar, dan tahun 2018 menjadi Rp 69 miliar dari target Rp 57 miliar. Sedangkan tahun 2019, PAD ditargetkatkan Rp 60 miliar.
“ Ini lonjakan – lonjakan yang bukan tanpa dasar. Pembangunan kan diukur dengan income per-kapita, pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan dan angka kematian ibu dan anak turun,” kata dia.
Sementara di bidang infrastruktur, jelas Amon, dalam empat tahun terakhir telah dibangun jalan kabupaten sepanjang 200 kilometer. “ Kami bangun jalan dari kabupaten ke kecamatan dan kecamatan ke desa itu, bukan kami bangun dengan pendekatan – pendekatan wilayah, tidak. Tapi kami bangun ini, pendekatan – pendekatan kebutuhan dan multiyer. Tidak ada kami bangun satu kilometer ini tahun, lalu tahun depan pindah tempat lain, itu tidak bisa. Tetapi kami bangun sampai selesai sesuai dengan target. Jadi Perda Multiyer kami sudah dilakukan,” kata Amon menjelaskan.
Khsusus untuk ibukota kecamatan, yaitu dari kabupaten ke kecamatan, dan kecamatan ke daerah – daerah centra propduksi dibangun menggunakan APBD, tetapi antar desa maupun dalam desa itu dibangun dengan menggunakan dana desa. “ Ini strategi – strategi yang kami lakukan. Jadi mana kewenangan kabupaten, mana kewenangan desa, karena dana desanya besar, dana mana yang kewenangan kecamatan,” ujarnya,
Untuk kecamatan, lanjut dia, pemerintah mengalokasikan dana PIK (Pagu Indikatif Kecamatan) sebesar Rp 1,9 miliar untuk 17 kecamatan di kabupaten Alor.
Alokasi dana Rp 1,9 miliar per kecamaran ini, bukan berarti di luar perencanaan. Tetapi dana ini diberikan untuk hal – hal yang apabila usulan musrenbang tingkat kecamatan tidak terakomodir, maka dana PIK itu yang akan dipakai untuk membangun WC/Kamar Mandi, jalan setapak, rumah dinas rusak.
Sementara di bidang kesehatan, Amon menambahkan, telah membangun Pusksesmas dua lantai secara keseluruhan di 17 kecamatan, termasuk rumah para medis, yaitu dokter dan perawat. “ Ya mungkin termegah di Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya itu, RSUD Kalabahi juga sudah dilakukan pengembangan, yaitu mulai dari Bangsal Waninita, Bangsal Anak, UGD dibangun dua lantai secara keseluruhan dan terpisah. “ Tahun ini kami rencana bangun Ruang Rontgen dua lantai,” jelasnya.
Sementara itu, angka kematian ibu dan anak sudah berhasil ditekan sampai mendakati angka 30 persen, dulu angka kematian ibu dan anak tinggi. Demikian pula angka gizi buruk turun hampir mendekati 15 persen.
Sedangkan di bidang pendidikan, kata Amon, kabupaten Alor setiap tahun menduduki peringkat ketiga lulusan terbaik hasil ujian nasional dari seluruh kabupaten/kota se-NTT, namun yang masih kurang adalah pemerataan guru, termasuk pemerataan dan penyebaran tenaga kesehatan, sehingga beberapa waktu lalu dilakukan mutasi.
Ia juga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kabupaten Alor 4,88 persen. Kenapa terjadi? Karena dulu sektor – sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, yakni sektor perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan yang bergelut di sektor ini, mereka sudah beralihkan nafkah ke sektor jasa.
Maka selama lima tahun kenapa pertumbuhan ekonomi turun?, karena sektor – sektor ini belum kita beri penguatan karena masih bergelut dengan infrastruktur, air bersih, rumah layak huni, listrik, pelabuhan, jembatan perahu, dan bandara. “ Ini yang kita perkuat selama lima tahun pertama. Dan pada periode kedua ini kita akan mulai pada sektor – sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi,” jelas dia. (L. Ng. Mbuhang)