beritalima.com | Hampir setiap orang memiliki cita-cita dalam hidupnya. Bagi segelintir orang impian itu ibarat sebuah nyawa. Dulu ketika ditanya ”mau jadi apa ?” , aku selalu menjawab ingin menjadi seorang perawat. Aku sudah mengimpikan hal ini sejak lama , hidup dengan menebar kebaikan ke sesama. Merawat mereka yang sedang terkapar di rumah sakit , memberi senyuman bagi mereka yang sedang terbaring lemah.
Impian itu mulai terbangun ketika aku diterima disalah satu perguruan tinggi di Jakarta dengan jurusan keperawatan, lewat jalur beasiswa. Aku merasa sangat bangga dengan apa yang telah aku capai . Sedikit lagi impianku akan berbuah manis .
Impian hanya sekedar impian jika tidak didukung oleh keluarga . Ayahku yang semula mendukung aku secara penuh untuk menjadi perawat , sekarang menjadi salah satu penghalang mimpi . Menurut beliau , menjadi perawat memiliki tantangan dan konsekuensi yang sangat besar . Pikirnya berkecamuk ketika membayangkan anaknya harus terjaga di rumah sakit ketika semua orang terlelap .
Hatiku memberontak ketika beliau menghalangi langkahku . Aku tidak pernah terpikir ingin jadi apa ketika dewasa selain menjadi perawat . Karena dulu aku sering sakit-sakitan dan sering bertemu dengan perawat , itu yang menjadi batu loncatan terhadap impian aku saat itu.
Termenung dan terdiam , itulah yang aku lakukan . Dunia seakan hancur dan aku hanyalah serpihan debu . Aku sudah tidak tahu lagi harus memimpikan apa , dan harus menjadi apa .
Hingga suatu malam , Dia datang menerangi mimpiku yang amat buruk. Memberi warna pada sesuatu yang sudah aku anggap kelam. . Aku kembali termotivasi untuk menjalani hari dan menggapai mimpi . Aku mengikuti segala ujian masuk perguruan tinggi , dan betul Dia memberiku harapan yang indah. Aku diterima sebagai mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
Tidak ada lagi kata menyesal yang keluar dari mulutku . Aku bahagia dan bersyukur atas jalan yang Dia berikan kepadaku . Aku percaya , dengan menjadi jurnalis aku juga dapat menolong, memberi senyuman dan kebahagiaan bagi sesama.
Aku bangga pada kalian yang kini berada di garda terdepan untuk melawan covid -19. Terima kasih karena telah mengorbankan waktu dan tenaga. Aku yakin Dia akan memberikan kebahagiaan pada kalian , setelah pandemi ini berakhir . Percayalah tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil .
Andai aku masih dapat menggapai mimpi menjadi perawat , aku akan sangat bangga berada di garda terdepan untuk menolong satu Indonesia. Terima kasih mimpiku , karena kamu aku menjadi lebih dewasa dan bijaksana. (Ave Airiza Gunanto/Politeknik Negeri Jakarta)