MADIUN, beritalima.com- Tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada pemerintah. Masyarakat dan keluarga juga memiliki tanggung jawab yang sama. Ketiga unsur ini biasa disebut tri pusat pendidikan. Tak heran, masyarakat dan keluarga juga wajib mendukung jalannya pendidikan bagi anak-anak.
Dewan Pendidikan Kota Madiun, Jawa Timur, berharap dukungan tidak hanya saat anak-anak di sekolah. Namun, juga saat di rumah.
‘’Dukungan tidak perlu yang muluk-muluk. Cukup dengan berkorban waktu pada jam belajar di rumah,’’ kata Ketua Dewan Pendidikan Kota Madiun, Gatot Supriyoga, Jumat 15 Desember 2017.
Dukungan, kata dia, tidak harus dengan mendatangkan guru les atau sedikit keras saat memerintah anak belajar. Sebaliknya, lingkungan keluarga dan masyarakat wajib memberikan tuntunan. Mulai tidak menyalakan televisi dan bermain handphone di jam belajar. Ini bukan hanya memberikan kesempatan waktu bagi anak belajar secara optimal. Namun, juga memberikan suri teladan.
Untuk itu, Dewan Pendidikan Kota Madiun berencana menerapkan program Tanpa TV 19-21. Artinya, tidak menghidupkan televisi mulai pukul 19.00 WIB hingga 21.00 WIB.
‘’Ini penting agar proses belajar anak-anak tidak terganggu dan dapat berjalan maksimal,’’ terangnya.
Program, lanjutnya, juga memberikan pembelajaran karakter pada anak. Mulai karakter disiplin hingga rela berkorban. Orang tua dan lingkungan rela berkorban waktu demi mendukung proses belajar anak-anak.
Pembelajaran karakter, lanjutnya, wajib juga dilakukan di rumah. Apalagi, waktu di rumah lebih banyak dibanding di sekolah. Orang tua dan lingkungan memegang peranan penting.
Gatot menambahkan, lingkungan juga mengemban tanggung jawab ini. “Dengan dukungan dari lingkungan dan keluarga, diharap mutu pendidikan meningkat sehingga menghasilkan output yang berkualitas,’’ terangnya sembari menyebut masyarakat wajib merubah mindset dengan berkomitmen mendukung proses belajar anak-anak secara optimal.
Program ini bukan tanpa kajian. Gatot mengaku pihaknya sudah melakukan studi banding ke Jogjakarta beberapa waktu lalu. Disana, lanjutnya, lingkungan cukup mendukung. Bukan hanya tidak menyalakan televisi. Namun, juga melambatkan laju kendaraan bermotor saat melintas di lingkungan pelajar. Artinya, tidak ingin menciptakan suara bising.
Gatot berharap, itu dapat diterapkan di Kota Madiun. Paling tidak gerakan tanpa televisi terlebih dahulu. Pun, program secara bertahap.
‘’Akan kami tentukan sampel beberapa kelurahan terlebih dahulu. Semoga nanti dapat menginspirasi kelurahan yang lain,’’ ungkapnya sembari menyebut program direncanakan mulai 2018 nanti.
Sekda Kota Madiun, H. Maidi mendukung program Dewan Pendidikan tersebut. Namun, diakuinya ini tidak mudah. Apalagi menonton tv di jam tersebut sudah menjadi budaya. Belum lagi ratusan stasiun televisi yang menawarkan berbagai acara menarik.
Hal Ini, katanya, butuh keseriusan dan komitmen. Pemkot, lanjutnya, dipastikan mendukung dengan berbagai upaya. Apalagi berkaitan dengan kualitas pendidikan anak-anak Kota Madiun.
‘’Kota Madiun tidak banyak memiliki sumber daya alam (SDA). Makanya, SDM harus dimaksimalkan. Wajib memiliki kemampuan mumpuni. Makanya pendidikan penting,’’ kata H. Maidi. (Diskominfo).
Ket. Foto: H. Maidi. Foto: Dibyo/beritalima.com