Sekdaprov Jatim: Masyarakat Pesisir Utara Jatim Miliki Karakteristik Budaya yang Khas

  • Whatsapp

            Masyarakat pesisir utara Jatim memiliki karakter budaya yang khas di masing-masing wilayah. Minimal ada tiga sub kultur yang terdapat di wilayah pesisir utara Jatim yaitu Sub Kultur Jawa Pesisir, Kultur Madura, dan Sub Kultur Pandalungan sebagai hasil akulturasi etnis Madura yang hidup di wilayah Pulau Jawa.

“Masyarakat desa di Jatim umumnya memiliki ikatan yang berdasarkan kekerabatan dan kesamaan territorial,” ujar Sekdaprov Jatim Dr. H. Akhmad Sukardi, MM saat membuka Festival Kesenian Pesisir Utara Jawa Timur Tahun 2016 di Halaman GOR Untung Suropati Kota Pasuruan, Minggu (29/5) malam.

Ia mengatakan, kawasan pesisir utara bagian barat Jatim banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Kab. Tuban, Lamongan, dan Gresik. “Dahulu pesisir utara Jatim merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan Walisongo dimakamkan di kawasan ini,” jelasnya.

Meskipun kawasan ini, lanjutnya, dahulu adalah wilayah Kerajaan Mataram yang berciri Islam Kejawen, namun karena besarnya pengaruh Walisongo, kawasan ini tetap dapat mempertahankan ciri kultur Jawa Santri untuk membedakan dikotomi santri-abangan. Sehingga wilayah barat-selatan Jatim dapat dikatakan berciri abangan dan di wilayah Pantura Jatim berciri Santri.

Lebih lanjut disampaikannya, di kawasan eks karesidenan Surabaya (Kota Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang, pengaruh kebudayaan mataraman sudah menipis, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa Surakarta dan Yogyakarta.

“Karena pengaruh santri juga sangat kuat ditambah dengan pusat perkembangan ekonomi utama Jatim, maka wilayah ini dapat dikatakan sebagai Jawa Perkotaan,” kata mantan Asisten Administrasi Umum Sekdaprov Jatim.

Ia menuturkan, hal yang cukup unik ditemukan di kawasan Jatim bagian timur selatan Pulau Jawa, yang dikenal dengan istilah daerah tapal kuda. Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh Budaya Madura mengingat besarnya populasi suku Madura di kawasan ini termasuk bahasanya. Jadi masyarakat di tapal kuda umumnya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dua bahasa yakni Bahasa Jawa dan Madura.

Menurutnya, pembangunan dan pengembangan seni budaya yang dilakukan oleh Pemprov Jatim tetap berlandaskan pada nilai-nilai luhur memprioritaskan kegiatan aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal serta revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal dengan tetap memperhatikan transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkokoh khasanah budaya bangsa.

Pemberdayaa melalui pagelaran festival kesenian pesisir utara diharapkan mampu memacu tumbuhnya produk-produk karya seni yang pada akhirnya kegiatan tersebut akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor riil di tengah masyarakat Kota Pasuruan. (**).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *