Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Akhmad Sukardi optimis lembaga pendidikan Pondok Pesantren (Ponpes) akan terus berkembang di era globalisasi. Alasannya, Ponpes memiliki dua potensi yang lebih unggul daripada lembaga pendidikan lain, yakni potensi pengembangan masyarakat, dan potensi pendidikan.
“Pendidikan Ponpes memiliki semboyan “Melestarikan budaya lama yang baik, dan mengambil hal yang baru yang lebih baik”, sehingga pendidikan Ponpes tak hanya berkutat pada kurikulum berbasis keagamaan, tapi juga pada persoalan masyarakat. Jadi Ponpes akan terus berkembang di era globalisasi” kata Sukardi saat Harlah ke-24 Ponpes Tarbiyatul Qulub di Masjid Akbar Surabaya, Minggu (11/3) malam.
Sukardi mengatakan, potensi pengembangan masyarakat maksudnya Ponpes dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkannya (amar ma’ruf nahi munkar).
“Dengan demikian, kehadiran Ponpes bisa disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) yang selalu melakukan kerja-kerja pembebasan pada masyarakatnya dari segala keburukan moral, penindasan, pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan ekonomi” katanya.
Potensi pendidikan, lanjut Sukardi, terdapat dalam salah satu misi awal didirikannya Ponpes, yakni menyebarluaskan informasi ajaran tentang universalitas islam ke seluruh plosok nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat.
“Penciptaan out put seperti itulah membuat pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang lebih besar dalam mengawal bangsa indonesia dalam menghadapi era globalisasi” lanjutnya.
Ditambahkan, terdapat tiga alasan mengapa Ponpes mempunyai peran dan kesempatan yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga lain di era globalisasi. Pertama, pendidikan Ponpes tidak terbatas oleh waktu sebagaimana di lembaga pendidikan umum.
“Ponpes akan semakin menyemaikan ajaran-ajaran islam, hal ini dapat dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi globalisasi” ujarnya.
Kedua, pendidikan Ponpes senantiasa mencoba memberikan keseimbangan antara pemenuhan lahir dan batin, pendidikan agama dan umum. Hal ini merupakan usaha yang sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era globalisasi yang membutuhkan keseimbangan antara kualitas SDM dan keluhuran moral.
“Pendidikan Ponpes yang berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang garapan pendidikannya. hal ini tetap menjadi nilai lebih pendidikan pesantren yang sulit didapatkan dalam pendidikan luar pesantren” katanya.
Dengan demikian, imbuh Sukardi, Ponpes tetap akan menjadi tujuan masyarakat disaat orang-orang telah kehilangan kepercayaan dan mulai hampa akan norma-norma. “Hal ini seusai dengan yang dikatakan oleh sosiolog asal perancis bernama émile durkheim, hanya agamalah yang mempu mengatasi di saat seperti itu” imbuhnya.
Minta Ponpes Siap Hadapi Globalisasi
Dalam kesempatan ini, Sukardi juga meminta Ponpes untuk siap menghadapi era globalisasi. Pasalnya, di satu sisi, era ini menghadirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemudahan bagi umat manusia. Disisi lain, era ini juga dapat menimbulkan perubahan, termasuk pergeseran nilai.
Tak seorang pun dapat berpikir dan menghindar dari sergapan globalisasi. Untuk itu, Ponpes dituntut untuk dapat merespon tantangan globalisasi dunia yang sebagian besar banyak dipengaruhi oleh ide-ide kapitalisme barat. sekaligus diharapkan dapat memfilter budaya-budaya asing yang datang bersamanya” katanya.
Ditambahkan, Ponpes sebagai minitaur Islam lahir untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Islam secara menyeluruh. baik melalui peran pendidikan, dakwah, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. “Pondok Pesantren diharapkan mampu menjadi lokomotif pengabdi kepada umat” pungkasnya.
Hadir dalam kesempatan ini, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, para pejabat Forkopimda di Jatim, para pemuka agama, diantarnaya Habib Idrus Bin Muhammad, KH. Abdul Kadir, KH. Ali Masyhuri, Abdul Basir Faqih, KH. Abdul Ghofur, KH. Hasyimi, KH. Soleh Kosim, KH. Mashansur Sulaiman, Drs. KH. Abdul Mu’if, Dr. KH. Muhaidin Jufri, MA, KH. Hazbullah, KH. Baidori Abdus Somad, para pengasuh ponpes, dan para ibu nyai, serta para santri dan alumni Ponpes Tarbiyatul Qulub. (rr)