BANYUWANGI,Beritalima.com – Suasana parade kirab budaya di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, menjadi sorotan warga. Dentuman keras sound horeg yang khas, muncul satu kelompok peserta dengan penampilan berbeda.
Mereka memadukan gerakan tari tradisional salah satu suku di Indonesia dengan balutan busana adat modern yang anggun dan penuh warna.

Tarian itu bukan hanya sekedar hiburan. Gerakannya menggambarkan kekayaan hayati Indonesia, mulai dari hutan lebat, sungai yang mengalir jernih, hingga kehidupan laut yang menawan.
Pesan yang ingin disampaikan sederhana namun mendalam: Nusantara kaya akan alam dan budaya yang patut dijaga bersama, yang membuat parade semakin hangat, muncul sosok yang tak asing di tengah barisan.
Mohamad Hasim Malik Ibrahim, Sekretaris Desa Tapanrejo, ikut larut menari bersama keluarga. Dengan penuh semangat, ia tak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari penampil yang ingin memberi teladan kepada warganya.
“Ini bentuk komitmen kami untuk nguri-nguri budaya. Tapanrejo punya sejarah panjang, tanah tua yang penuh cerita rakyat. Sudah seharusnya kita menjaga dan merawat warisan leluhur agar tetap hidup di hati generasi muda,” tutur Hasim. Sabtu (20/09/2025).
Bagi Hasim, parade kirab budaya bukan hanya agenda rutin. Lebih dari itu, ia memandangnya sebagai ruang kebersamaan. Ketika warga berkumpul, menari, menyanyi, dan bangga dengan budayanya, di situlah rasa cinta tanah kelahiran semakin kuat.
Keikutsertaan Hasim bersama seluruh anggota keluarganya menjadi simbol bahwa pelestarian budaya dimulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga.
“Kalau keluarga ikut terlibat, anak-anak kita otomatis mengenal, mencintai, dan merasa memiliki budayanya sendiri,” tambahnya.
Di tengah gegap gempita sound horeg, kelompok ini berhasil memadukan nuansa tradisional dan modern menjadi sajian yang memikat. Penonton pun bertepuk tangan meriah, seolah mengamini pesan yang dibawa: menjaga budaya berarti menjaga jati diri bangsa.(Rony//B5)






