TULUNGAGUNG, beritalima.com | Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim Arumi Bachsin Emil Dardak meminta kepada seluruh pengrajin di Jawa Timur tidak hanya fokus mengembangkan dan meningkatkan produktifitas barang agar lebih bervariatif, berdaya saing, efektif dan efisien saja. Tetapi, dirinya menginginkan agar mereka juga harus peduli dengan keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar.
“Harapannya seluruh industri di bidang apapun khususnya di bidang kerajinan dapat semakin baik semakin efisien semakin efektif di segala bidang bukan hanya dari segi produksinya, tapi juga efek terhadap lingkungan hidup di sekitarnya,” ujar Arumi Bachsin Emil Dardak saat menjadi narasumber di acara sosialisasi industri hijau Pelatihan Singkat Pembuatan Produk Dekranasda dengan materi Teknik Pembuatan Bak Limbah Batik dan Praktik Pembuatan Canting Cap dengan Media Kertas di Hotel Crown Victoria Kab. Tulungagung, Kamis (25/3) sore.
Arumi Bachsin yang juga menjabat sebagai Ketua TP PKK Jatim ini pun mengatakan, limbah cair dari pewarna sintetis batik akan berdampak buruk terhadap lingkungan jika limbah tersebut langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh sebab itu, dirinya meminta kepada para pengrajin agar memperhatikan hal tersebut.
“Apalagi bentuk limbah cair yang masuk langsung ke saluran-saluran air, itu kan pasti lebih cepat menyebar, kalau itu masuk ke dalam got kemudian terus sampai ke irigasi persawahan, perkebunan, itu zat-zat kimia terutama yang ada di pewarna kimia tentu saja tidak baik dan berbahaya bagi lingkungan,” jelasnya.
Lebih lanjut Arumi menjelaskan, limbah pewarna batik juga akan berpengaruh terhadap kesehatan. Pasalnya, efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan batik adalah risiko terkena kanker kulit.
Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia. Efeknya sangat berbahaya sehingga dapat memicu kanker kulit.
“Yang terpenting, jangan lupa bahwa limbah pewarna tersebut bisa juga berdampak langsung ke kita, si manusianya, efek-efek terhadap kesehatan kita dan seterusnya,” imbuhnya.
Terkait hal tersebut, ia berpesan bahwa penting sekali bagi pengrajin batik untuk mengetahui cara pengolahan limbah produksinya sebelum membuang.
“Harapannya itu untuk menjaga tanah kita menjaga lingkungan kita supaya tetap sehat,” pesannya.
Pada kesempatan itu, Arumi menyampaikan bahwa menjaga dan peduli lingkungan juga dapat dilakukan dengan menggunakan limbah kertas sebagai media canting cap untuk produksi batik.
“Keuntungannya dapat menekan biaya produksi karena terbuat dari limbah kertas, lebih efisien dan tidak menguras tenaga karena lebih ringan dari canting cap umumnya yang terbuat dari tembaga,” jelasnya.
“Canting cap kertas terbuat dari limbah kertas merupakan salah satu alternatif alat batik untuk menekan biaya produksi sekaligus memudahkan bagi para perajin saat membatik dengan cap,” imbuhnya.
Melihat manfaat tersebut, istri Wakil Gubernur Jatim itu berharap agar seluruh peserta pelatihan dapat mengikuti pelatihan dengan baik, serta dapat memanfaatkan momen untuk menggali ilmu dan informasi soal industri hijau. Selain itu, mereka juga dapat mengaplikasikan ilmunya.
“Saya ucapkan selamat dan juga semangat mengikuti pelatihan ini dan saya harapkan pelatihan ini ilmunya bisa langsung dipraktekkan di industri bapak ibu sekalian,” pungkasnya. (*)