Seleksi Guru Honda dan Kontark Dipertanyakan

  • Whatsapp

KEPULAUAN SULA,beritalima.com – Penerimaan guru honor daerah (Honda) di Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) perlu dipertanyakan. Kenapa tidak, sebelumnya penerimaan guru Honda ini diseleksi menggunakan tes tertulis.

Tapi kali ini, penerimaan dilakukan hanya berdasarkan seleksi berkas.
Dari 400 kouta yang dibutuhkan untuk guru Honda, sampai batas penutupan, para peminat yang mendaftarkan diri sebanyak 822.
Sebanyak 822 itu, terbagi dari guru SMP 237 orang, SD 200 orang dan TK sebanyak 385 orang. “Jadi, 822 orang ini kami tidak lagi menggunakan tes tertulis, tapi hanya seleksi berkas. Jika semua berkas peserta lengkap semua, maka kami akan lihat pertimbangan-pertimbangan lain,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kepsul, Arif Umasugi kepada awak media, Jumat (15/3).

Sedangkan untuk penerimaan guru kontrak, lanjut Arif, dari kouta penerimaan sebanyak 60 orang, yang mendaftar sebanyak 278 orang. Namun, untuk penerimaan guru kontrak, mereka seleksi menggunakan tes tertulis. “Jadi 278 ini, pendaftar untuk SMP 141 orang dan SD sebanyak 137 orang,” bebernya.

Hal ini mendapat tanggapan serius dari Ketua Komisi II DPRD Kepsul, Ilyas Yainahu. Kata dia, seleksi tenaga guru honorer dan guru honda (harus) Kepsul dipastikan syarat kepentingan. Informasi yang beredar panitia memisahkan berkas masing-masing peserta sesuai dengan pesanan oknum caleg di Kepsul.

Informasi yang lain, Ilyas menyampaikan, ada panitia yang meminta peserta pelamar untuk mencoblos caleg tertentu jika ingin lolos seleksi telah beredar di masyarakat. Untuk itu pihaknya meminta Dinas Pendidikan untuk tidak mencampuri pendidikan dengan politik. “Masalah perekrutan tenaga guru honorer dan guru kontrak jangan ada muatan politik,“ kata Ilyas saat ditemui di kantornya.

Sebab, lanjut Ilyas, pihaknya menginginkan agar seleksi tenaga guru harus di ukur dari kualitas sumber daya manusia bukan karena pendukung caleg atau partai tertentu. “Jangan ada titipan dalam seleksi kali ini karena informasi dari masyarakat soal ada titipan sudah marak,” tegasnya.

Terkait sistem seleksi, Ilyas sebut panitia harus transparan dan terbuka. Dia juga berharap panitia menggunakan tes online bukan manual. “Karena kalau manual sudah pasti hanya asal-asal dan pasti sarat dengan kecurangan,” semprotnya.(DS)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *