SURABAYA, beritalima.com – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menyatakan siap jika harus bersaing dengan perusahaan semen asing di Indonesia. BUMN ini justru berharap kompetisi secara sehat.
“Mustinya begitu, bersaing secara sehat. Dan kami Semen Indonesia siap berkompetisi,” tegas Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia, Agung Wiharto, di acara diskusi bertajuk “Semen Rakyat Melawan Semen Asing” di Surabaya, Sabtu (10/6/2017).
Dia ungkapkan, ada sejumlah perusahaan semen asing yang ikut bermain di negeri ini. Persaingan ini telah berlansung sejak lama. Dan, di negerinya ini Semen Indonesia mampu membuktikan sebagai yang teratas.
Posisi ini akan terus dipertahankan PT Semen Indonesia, salah satunya dengan cara meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kapasitas.
Menurut Agung, perbandingan kapasitas Semen Indonesia dengan semen swasta maupun asing di negeri ini 34 persen banding 66 persen dari 106 juta ton per tahun.
Jelasnya, dari 106 juta ton kebutuhan semen di Indonesia, sekitar 34 persen Semen Indonesia dan 66 persen lainnya semen milik asing dan swasta.
“Dari situ kami yakin dan optimistis ke depannya kapasitas yang dihasilkan Semen Indonesia semakin bertambah,” tandas Agung.
Mengenai permasalahan Pabrik Semen Indonesia di Kabupaten Rembang yang hingga kini belum klir, dikatakan Agung, masih menunggu Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Agung berharap hasil KLHS positif bagi Semen Indonesia, sehingga tambang yang ada di lokasi tersebut dinyatakan layak untuk ditambang.
“Kami masih menunggu apakah tambang itu layak ditambang atau tidak boleh ditambang,” kata Agung.
Menurutnya, berdasarkan data pendukung yang ada, tambang itu tidak termasuk dalam bentang alam, yang artinya boleh ditambang. “Tapi kami menghormatinya,” katanya.
Diharapkan pada periode Juli 2017 nanti Pabrik Rembang sudah memasuki proses produksi komersial, sehingga bisa menambah produksi sebesar 1 juta ton semen untuk tahun ini.
Diperhitungkan pabrik di Rembang tersebut mampu produksi 3 juta ton. Namun jika Juli mulai produksi, targetnya tahun ini hanya 1 juta ton.
“Dari Rembang kira-kira hanya 1 juta ton untuk tahun ini, karena produksinya mulai pertengahan 2017,” jelas Agung. Sedangkan dari pabrik di Tuban produksinya sebanyak 14 juta ton per tahun. (Ganefo)