Sempat Vakum 20 Bulan, TPM Desa Labuhan Dibuka Lagi

  • Whatsapp

BANGKALAN – Beritalima.com– Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Desa Labuhan Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan akhirnya dibuka kembali. Wisata alam pesisir itu sempat vakum selama 20 bulan.

Kamis (1/8/2019), Bupati Bangkalan, R Abdul Latif Amin Imron membuka secara resmi wisata alam yang penuhi lebih dari 10 ribu pohon mangrove itu.

Ra Latif sapaan akrab Bupati menyampaikan, TPM menjadi destinasi wisata alam pesisir dan ikon Kabupaten Bangkalan. Selain itu, Ia menyebutkan, selain menjadi tujuan wisata alam pesisir, TPM juga sering dijadikan kawasan penelitian mahasiwa di Indonesia untuk melengkapi kebutuhan tugas akhir.

“Banyak ragam mangrove yang tumbuh di TPM ini. Disediakan pula camping ground yang luas. Lokasinya sangat representatif,” tutur dia.

TPM merupakan hasil binaan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), korporasi yang bergerak di sektor hulu migas dan menjadi kontraktor kontrak kerja sama dengan SKK Migas.

Local Hero Desa Labuhan, M Syharil mengungkapkan, lebih dari 10 ribu mangrove yang ditanam pada 2013 di atas lahan seluas kurang lebih delapan hektare.

“TPM ini sudah berkembang. Bahkan setiap Sabtu dan Minggu, banyak mahasiswa datang berkemah melakukan penelitian jenis mangrove dan aneka burung migran,” ungkapnya.

Ia memaparkan, puluhan ribu mangrove di TPM itu terdiri dari jenis Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizopora Apiculata, Sonneratia Alba, Rhizophora Mucronata, Ceriops Tagal, Avicenna Marina, hingga Cemara Casuarina.

“Pada tahun 2013, PHE WMO membawa saya berkeliling untuk studi banding ke kota-kota yang ada wisata mangrove seperti di Nusa Lembongan Bali,” paparnya.

TPM kebanggaan masyarakat Kecamatan Sepulu dan Bangkalan umumnya, kini menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrorve (BPHM) Wilayah I Bali.

Sebelum dibuka kembali, Muspika Sepulu dan sejumlah tokoh masyarakat menggelar musyawarah yang ditutup dengan syukuran di Saung TPM pada Selasa (23/7/2019) lalu.

General Manager WMO Ani Surahman mengungkapkan, Program keberlanjutan atau upaya menjaga keseimbangan ekologi di TPM telah dilakukan oleh WMO sejak tahun 2014 silam.

“Tiga tahun kemudian atau pada 2017 program tersebut sudah selesai, keberadaan TPM sudah exist dan sudah ada kemandirian,” ungkap Ani.

Terjaganya keseimbangan ekologi di kawasan konservasi TPM akhirnya menarik perhatian ribuan burung migran. Beberapa di antaranya berasal dari Alaska dan Rusia. Seperti Gajahan dan Terik Asia.

Ani menjelaskan, para pengunjung bisa mengakses seluruh TPM dengan meniti geledak kayu sepanjang 350 meter yang sengaja dibangun membelah hutan mangrove.

Di geladak tersebut, pengunjung bisa melihat langsung ragam mangrove dan burung-burung migran yang transit

“Di ujung geladak, dibangun tower setinggi 10 meter yang akan dijadikan pemantau burung-burung migran,” jelasnya.

Ia menambahkan, kemandirian dan terjaganya keseimbangan ekologi yang telah tercipta di TPM saat ini diharapkan mampu dipertahankan dan dilestarikan.

“Saat ini PHE WMO hanya memback-up Pemkab Bangkalan dalam proses pembukaan resmi TPM. Tahap selanjutnya akan dilakukan program lanjutan replikasi wilayah pantai timur ke wilayah barat,” pungkasnya

Hasil pantauan pemerhati burung asal Surabaya, Iwan Febrianto menyebutkan, lebih dari 2.000 burung beragam jenis singgah karena pengaruh siklus tahunan.

“Fenomena tersebut belum pernah terjadi di sini sebelumnya. Burung-burung migran itu bergerak untuk menghindari musim dingin dan singgah ke belahan bumi lain yang masih hangat,” sebutnya.

Aneka burung migran itu meliputi burung Gajahan Pengala (Whimbrel Numenius/Phaeopus), Cerek (Plover, Charadrius SP), dan Trinil Kaki Merah (Common Redshank/Tringa Totanus).

Selain itu, burung pantai seperti Trinil Pantai (Common Sandpiper/Actytis Hypoleucos), burung air seperti Cangak Merah (Purple Heron/Ardea Purpurea) dan Kuntul Kecil (Litle Egret/Egretta Garzetta) singgah sejak Desember 2014.

Hingga burung lokal jenis Raja Udang Biru (Alcedo Courulescens), Perenjak Padi (Prinia Inornata, Cinene Pisang (Orthomus Sutorius), dan Cinenen Sepium kerasan berteng. (Rus)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *