Senator Gus Hilmy Kawal Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta

  • Whatsapp
Senator Gus Hilmy kawal ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (foto: istimewa)

Jakarta, beritalima.com| – Senator sekaligus Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. (akrab disapa Gus Helmy) kawal program pertanian atau ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Gus Hilmy mendengar berbagai keluhan dan aspirasi dari perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan se-DIY dalam Rapat Kerja bertajuk Pengawasan Pelaksanaan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (28/7).

Senator asal DIY ini menyampaikan apresiasi atas kehadiran para peserta, khususnya para perempuan yang turut aktif hadir turut berperan dalam sektor pertanian dan perikanan.

“Saya sangat mengapresiasi kehadiran Bapak/Ibu sekalian. Cukup mengesankan ternyata ada banyak Ibu-Ibu yang hadir disini, menunjukkan bahwa urusan pertanian dan perikanan tidak hanya didominasi oleh laki-laki. Namun perempuan tetap berperan besar, bukan hanya sebagai konsumen, melainkan juga pelaku produksi,” papar Anggota Komite II DPD RI tersebut.

Tantangan yang dihadapi sektor pertanian di DIY, ucap Gus Hilmy, tak hanya datang dari keterbatasan lahan dan sumber daya, tapi juga dari lemahnya sistem penyuluhan yang masih belum optimal dalam memberikan dampak nyata bagi para petani.

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Anita Windrati, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY yang menyinggung penarikan seluruh penyuluh ke pusat. “Imbasnya ada pada berkurangnya SDM tenaga penyuluh di daerah kabupaten/kota, sehingga kegiatan pembinaan terhadap petani menjadi timpang,” jelasnya.

Lalu, fungsi penyuluh sebagai pendamping dan pengubah perilaku petani juga dinilai mulai bergeser. Diperkuat dengan kenyataan yang ada di lapangan, dimana ada banyak penyuluh lebih fokus pada tugas Luas Tambah Tanam (LTT) dibanding melakukan pendampingan langsung kepada petani.

Keluhan senada juga disampaikan oleh Catur, Ketua Tim Ketenagaan Penyuluhan Kabupaten Gunungkidul. Ia menyatakan, dari 93 penyuluh yang ada, tidak semua menjalankan fungsi penyuluhan sebagaimana mestinya.

“Sebagian malah menjadi petugas statistik tanaman. Waktu mereka habis untuk mengurus data, padahal tugas utama penyuluh adalah mengubah pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani. Ini masih jauh dari harapan,” ungkapnya.

Menanggapi persoalan diatas, Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan apresiasi terhadap upaya dan inovasi di lapangan, termasuk kreativitas yang ditunjukkan melalui keberadaan POSLUHDES (Pos Penyuluh Desa), meskipun dihadapkan pada keterbatasan dana dan birokrasi yang kompleks.

“Semua masukan ini akan kami kawal dan dorong agar Perpres tentang penyuluhan segera diterbitkan, sehingga kegiatan penyuluhan dari tingkat desa hingga provinsi dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran,” ungkap Anggota MUI Pusat tersebut.

Jurnalis: rendy/abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait