Yogyakarta, beritalima.com | Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI D.I. Yogyakarta menyelenggarakan rapat kerja (raker) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan dinas terkait dalam rangka pengawasan pelaksanaan UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik dengan tema Sensus Penduduk (SP) tahun 2020, di Gedung Perwakilan DPD RI DIY, Jl. Kusumanegara, Yogyakarta, pada Selasa (10/03/2020) siang.
Rapat kerja tersebut dihadiri oleh seluruh anggota DPD RI dari DIY, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A., Drs. M. Afnan Hadikusumo, dan Ir. H. Cholid Mahmud, M. T., dan dipimpin langsung oleh GKR Hemas.
Hadir pula perwakilan dari BPS DIY, BAPPEDA DIY, Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, BPS 4 Kabupaten dan Kota Madya, serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) 4 Kabupaten dan Kota Madya.
“Masyarakat harus dipahamkan bahwa sensus ini penting sebagai upaya pengumpulan data yang bermanfaat untuk pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, masyarakat diminta bersedia ikut berperan serta dan bekerja sama mensukseskan sensus ini. Apalagi isu hari ini adalah pentingnya big data, dan sensus merupakan bagian dari itu. Jadi, jangan sampai data yang sudah terkumpul nantinya sia-sia, artinya harus bisa dimanfaatkan secara maksimal dan terhubung dari pusat sampai daerah,” kata senator yang akrab disapa Gus Hilmy.
Pernyataan serupa juga disampaikan anggota DPD RI dari DIY lainnya yang menekankan pentingnya data agar tidak simpang siur antarlembaga, antarkementerian, dan dapat dijadikan rujukan utama. Selain itu, perlu adanya jaminan bahwa data yang sudah diunggah betul-betul aman.
Dalam pemaparannya, Kepala BPS DIY Dr. Heru Margono, menyampaikan terima kasih atas dukungan penuh dari anggota DPD RI dari DIY. Akan tetapi, dalam pelaksanaan SP online 2020 yang dimulai sejak 15 Fabruari hingga 31 Maret 2020 masih menemui kendala. Misalnya belum tersosialisasi secara optimal dan baru 2% yang mengisi data secara online dari seluruh wilayah DIY.
Atas kendala tersebut, Gus Hilmy meminta kepada BPS DIY untuk mengevaluasi kinerjanya. Padahal pengguna internet di Yogyakarta terhitung tinggi. Ia pun menyarankan untuk melakukan sosialisasi yang lebih masif dan melibatkan warga setempat bahkan artis.
“Ini perlu disosialisasikan lebih masif. Serangan udara perlu digencarkan lagi. Pada Sensus-sensus sebelumnya, ada jingle lagu khusus, iklan, dan kalau sekarang bisa dibuat meme-meme untuk media sosial. Kalau perlu melibatkan artis untuk membuat iklan. Kendala internet saya kira sudah minim karena ujian nasional juga sudah menggunakan komputer dan online. Hampir semua orang juga sudah memiliki gudget,” kata Gus Hilmy.
Sementara untuk serangan darat, Gus Hilmy menyarankan untuk melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, RW, dukuh, dan warga lokal agar data yang diperoleh betul-betul maksimal dan valid.