Serian Wijatno, Panitia Imleknas ICE BSD 2020 dari Sekretaris Dewan Masjid Indonesia

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com- Pada perayaan Imleknas 2020 yang berlangsung meriah dan sukses di ICE BSD, ada satu figure yang amat menarik dengan latar belakang Sekretaris Dewan Masjid Indonesia.

Ia adalah H. Serian Wijatno satu figure sukses yang berlatar belakang dari atlet bulutangkis PB. Tangkas mulai berjuang dari nol hingga sukses dalam perjuangannya menggapai ilmu secara akademis dengan latar belakang Manajemen dan Hukum, pernah bekiprah di dunia Perbankan selama belasan tahun juga menjadi Praktisi Pendidikan dan Keuangan sambil melanjutkan S-2 kemudian atas keuletan usahanya yang pantang menyerah dapat meraih gelar Doktor dari sebuah peeguruan tinggi di luar negeri. Saat ini beliau berkiprah dalam beberapa organisasi kemasyarakatan sekaligus sebagai pengusaha.

Perayaan Imleknas 2020 event akbar berlangsung sukses tak lepas dari sentuhan tangan dingin H. Serian Wijatno dan rekan-rekan yang tergabung dalam kepanitian. Menyatukan semua golongan, pangkat, etnis, budaya, warna kulit, agama, organisasi hingga para difabel. Terlihat begitu jelas toleransi, kerukunan, persaudaraan dalam bersatu untuk Indonesia maju.

Dalam diri H. Serian Wijatno mengalir darah etnis Tionghoa dan beliau juga termasuk seorang muallaf yang religius Nasionalis.

H. Serian juga pernah menulis buku terkait disiplin ilmunya mengenai Entrepreneurship dari tingkatan TK hingga SMA dan Buku mengenai Pengelolaan Perguruan Tinggi yang efektif dan efisisien. Pernah 18 tahun aktif di Yayasan Tarumanagara sebagai Ketua Pengurus Yayasan, Presiden Direktur Adira Quantum Finance, Dirut RS Royal Taruma/PT Taruma Bhakti Medika, Dirut Dayamedika, direktur Bank PEB, Komisaris di beberapa Perusahaan besar. Saat ini menjadi Sekretaris Dewan Masjid Indonesia Pusat dan Wakil Ketua Yayasan Agung Podomoro Land, Sekretaris Yayasan Pendidikan Agung Podomoro dan Ketua Yayasan NJIS. Beliau juga pernah menjabat sebagai Bendahara PB-PBSI selama 20 tahun.

Berikut petikan wawancara dengan H. Serian Wijatno :

Apa yang mendasari tradisi Perayaan Imlek masih dilakukan hingga saat ini?

“Tradisi Imlek biasanya dilakukan secara turun menurun. Tradisi Imlek yang masih dilakukan diantaranya adalah saling berkumpul antara kerabat, teman dan sahabat. Bersilahturahmi, makan bersama, juga tradisi membagi angpao. Melakukan bakti sosial, mendekorasi ruangan dan rumah dengan nuansa merah sebagai ucapan syukur Imlek. Tradisi silahturahmi ini sangat baik dan penting untuk dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya”.

Sebagai Sekretaris dan aktivis di Dewan Masjid Indonesia bagaimana Anda mengamati kehidupan muslim Tionghoa di Indonesia?

“Kehidupan muslim Tionghoa di Indonesia tidak terlepas dari jati diri bangsa Indonesia yang majemuk berdasarkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan 714 suku dan 1100 bahasa lokal dan begitu beragamnya budaya di negeri ini menjadikan kita semakin kaya akan kemajemukan. Muslim Tionghoa adalah bagian dari masyarakat muslim dan merupakan warga negara Indonesia yang hidup dengan toleransi, rukun bermasyarakat, mereka merayakan hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha. Mereka saling menghormati satu dengan lainnya, hidup berdampingan dan bertetangga dengan baik. Muslim Tionghoa (meski tidak semua) biasanya ikut bergabung dalam suatu komunitas organisasi keagamaan seperti PITI, HBMI, Karim Oey Foundation, Muallaf Center atau organisasi keagamaan sejenisnya yang dapat memahami dilema mereka dan yang memiliki pandangan serta budaya yang sama. Ada juga yang mendirikan masjid selain karena Masjid juga dijadikan sebagai pusat Informasi tentang Islam bagi orang-orang Tionghoa juga agar umat Islam mau lebih dekat mengenal Tionghoa. Melalui organisasi inilah kemudian Muslim Tionghoa banyak melakukan kerja bersama untuk membangun ekonomi umat tanpa melihat latar belakangnya apakah dia etnis Tionghoa atau bukan. Terjadilah sinergitas dari kemajemukan budaya Indonesia yang ada termasuk kerukunan dan toleransi yang dilakukan oleh Muslim Tionghoa. Seperti contohnya alm. Haji Mas Agung pemilik Toko Buku Gunung Agung, Haji Karim Oey pendiri Karim Oey foundation, Dr. Junus Jahya, Dr. Syafei Antonio Tazkia Foundation, H. Jos Soetomo dan lain-lain”.

Apakah ada alasan khusus Anda aktif di organisasi keagamaan?

“Saya sempat bercerita kepada istri saya terkait hal ini. Istri saya menjawab “Mungkin ini sebagai jawaban atas doa saya. Agar suami didekatkan dengan orang-orang sholeh, mempunyai ilmu agama yang baik. Agar bertambah keimanan kepada Allah swt”. Bagi saya ini adalah takdir baik, hidayah dari Allah swt. Selain ingin dekat dengan Illahi, saya ingin menjangkau dan membantu orang lebih banyak lagi dengan partisipasi aktif saya di organisasi keagamaan dan kemanusiaan”. Selain itu juga memanfaatkan waktu untuk belajar menimba ilmu agama dan sebagai amal ibadah serta kemashalatan orang banyak”.

Dari aktivitas saya berkecimpung di organisasi keagamaan, kemudian bertemu dengan Kyai-kyai, senior-senior NU, Muhammadiyah maupun Ormas-ormas lainnya, semakin belajar tentang bagaimana menjadi Islam yang toleran, saling menghargai antar sesama manusia.

Satu lagi pertanyaan yang penulis ajukan ke H. Serian Wijatno yaitu sebagai seorang Pengusaha Muslim keturunan Tionghoa, menurut Anda apa yang masih sering kurang dipahami oleh masyarakat umum, khususnya terkait ekonomi dan bisnis yang dilakukan keturunan Tionghoa?

“Sebagian orang mungkin masih sering salah paham bahwa kurang membaurnya antar suku, agama dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Namun di lain sisi sebagai Muslim Tionghoa yang juga bergerak di bidang bisnis saya melihat hal ini sudah tidak lagi menjadi hambatan. Etnis dan keturunan Tionghoa akan bersama-sama menggandeng dan bergandengan tangan erat dan saling bahu membahu dengan umat muslim lainnya untuk menggerakan roda ekonomi dan bisnis sehingga akan semakin kuat perekonomian masyarakat dan bangsa Indonesia.

Ada anggapan yang keliru selama ini bahwa keturunan Tionghoa itu Eksklusif, selalu dapat kemudahan dalam berbisnis, secara status ekonomi semua The Have, padahal pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Banyak sekali orang Tionghoa di Indonesia mohon maaf secara ekonomi kurang beruntung.

Saat ini keturunan Tionghoa sudah membaur bersama masyarakat tanpa memandang suku, dalam menggeluti dunia bisnis mereka juga mulai merintis dari nol dengan usaha tekun, berhemat, gigih dan pantang menyerah serta harus berjuang dan bekerja keras agar mereka dapat hidup lebih sukses menggapai cita-cita mereka.

Etnis Tionghoa terkenal akan kegigihannya dalam berbisnis, ulet, tekun dan hemat. Berpikir bisnis yang dilakukan untuk 3 turunan. Ini yang akan saling mempertautkan antara pengusaha Tionghoa dan yang non Tionghoa. (Lili).

beritalima.com

Pos terkait